Orang Kristen Minum-minum Adalah
Topik yang Memperlihatkan Pergeseran
Perubahan cepat sikap orang Kristen “yang percaya Alkitab” terhadap minum minuman keras adalah salah satu tanda zaman yang jelas.
Ketika Amendemen ke-18 [Undang-Undang AS], yang “melarang pembuatan, penjualan, atau pemindahan minuman yang memabukkan,” disahkan pada Januari 1919, Konvensi Baptis Selatan menyebutnya “kemenangan terbesar bagi reformasi moral di Amerika sejak Deklarasi Kemerdekaan” (“Prohibition and Baptists 100 Years Later,” Baptist Press, 17 Jan. 2019). Mulai dari tahun 1880an, Baptis Selatan [disingkat SBC, Southern Baptist Convention] memimpin kampanye negara bagian maupun nasional untuk pelarangan [minuman keras]. Pada tahun 1896, SBC mengatakan bahwa “tidak ada seorang pun yang boleh dipertahankan dalam persekutuan dengan sebuah gereja Baptis, jika ia terlibat dalam pembuatan atau penjualan minuman beralkohol.” Orang-orang Baptis Selatan “percaya bahwa sulit untuk menemukan faktor tunggal lainnya yang menimbulkan penderitaan, cidera dan kerusakan dalam skala yang sedemikian luas, seperti penggunaan alkohol yang luas.” Setelah Amendemen ke-18 dicabut pada tahun 1933, SBC menegaskan ulang komitmennya “yang tidak berubah” terhadap prinsip “penolakan total” dari minuman alkohol sebagai satu-satunya cara hidup yang masuk akal bagi seorang individu.”
Sejarahwan Baptis, Gregory Wils, mengatakan bahwa sejak pertengahan 1800an, orang-orang Baptis telah berprinsip bahwa “seorang hamba Tuhan yang minum alkohol tidak memenuhi syarat untuk berkhotbah” (The Southern Baptist Theological Seminary 1859-2009).
Pada tahun 1870, The Religious Herald, koran resmi dari kaum Baptis Virginia, mengatakan bahwa “bertarak total dari minuman memabukkan, dengan pembatasan tertentu, dianjurkan oleh kebijaksanaan, pengalaman khalayak ramai, pendapat dari banyak orang yang bijak dan baik, dan oleh penerapan yang baik dari beberapa prinsip Firman Tuhan” (18 Agus. 1870).
Ketika saya seorang bocah yang tumbuh besar di sebuah gereja Baptis Selatan, para Injili dan Baptis di Amerika tidak pergi minum-minum dan tidak pergi ke bar. Ada pengecualian, tetapi jarang. Sekolah-sekolah seperti Wheaton dan Baylor memiliki aturan yang tidak memperbolehkan minum-minum.
Pada tahun 1960an, oleh karena pengaruh dari filosofi Injili Baru yang anti-separasi dan longgar, para Injili mulai menerima “minum-minum sosial.” Pada tahun 1978, Richard Quebedeaux mendokumentasikan perubahan dramatis yang sedang terjadi waktu itu di dalam tubuh Injili, hanya 30 tahun setelah berkobarnya semangat “Injili Baru.” Dia mengamati bahwa “kebudayaan luas telah berpengaruh mendalam terhadap gerakan Injili secara keseluruhan” (The Worldly Evangelicals, 1978, hal. 115). Walaupun Quebedeaux tidak menghubungkannya, ini sesungguhnya adalah hasil dari penolakan terhadap separasi. Dia mengatakan: