Berikut ini dikutip dari J. Sidlow Baxter, Explore the Book, Studi tentang Tawarikh:
“Terus menerus melalui kisah raja-raja ini, dengan reformasi yang terjadi sesekali yang lalu diikuti kemunduran yang semakin memburuk, terdapat kebenaran yang khidmat, penting, dan mendesak bahwa tanggapan suatu bangsa kepada Allah adalah faktor yang sesungguhnya menentukan sejarah dan nasib bangsa itu. Ini khususnya berlaku bagi Israel, tetapi berlaku secara universal bagi orang-orang di bumi saat ini.
Kebenaran ini mungkin tidak tampak begitu jelas dalam dunia modern kita dengan kerumitan internasionalnya; tetapi ketika kita melihat berbagai proses selama kurun waktu tertentu, kita menemukan bahwa prinsip ini masih beroperasi. Prinsip moral dan keyakinan spiritual adalah hal-hal terpenting berkenaan dengan kemajuan atau kemunduran nasional, bukan politik dan ekonomi — seperti yang tampaknya menjadi pemikiran yang sedang populer dalam Pemerintahan saat ini. Bagaimana kita memperlakukan TUHAN, itulah yang menentukan kemakmuran atau kesengsaraan kita, sejarah kita dan takdir kita.
Israel kuno, baik raja, pemimpin, ataupun rakyat, menipu diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa mereka dapat berbuat dosa tanpa hukuman, membayangkan bahwa karena Yehovah tidak dapat dilihat, Ia tidak dapat melihat; tetapi mereka tidak menipu Allah; kita juga tidak dapat. ‘Allah tidak dapat diolok-olok.’ Ia memerintah, Ia memilih, Ia menahan diri; tetapi Ia tidak akan mengampuni eksploitasi yang terus-menerus akan berkat-berkat yang Ia berikan. Penyalahgunaan panggilan tinggi dengan kehidupan yang rendah selalu membawa akhir yang menghancurkan. Oh, kiranya bangsa-bangsa, pemimpin, orang-orang dapat menyadari hal itu hari ini!” (J. Sidlow Baxter).