Kristus Palsunya Stuart Townend

(Berita Mingguan GITS 02 Juli 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Stuart Townend menulis “himne-himne kontemporer” sebagai jembatan dari gereja-gereja tradisional menuju “gereja yang lebih luas.” Lagu-lagu jembatan ini termasuk “How Deep the Father’s Love for Us” dan “In Christ Alone.” Kata-kata dari lagu-lagu ini tidak bermasalah secara doktrin, tetapi musiknya adalah balada rock lembut, bukan rock and roll yang mentereng, sehingga lagu-lagu ini sering dianggap “aman” oleh para tradisionalis yang tertipu. Tetapi, dengan menggunakan musik ini, sebuah gereja dibawa kepada pergaulan dengan dunia musik kontemporer yang diwakili oleh Townend. Townend adalah seorang yang bertheologi kharismatik, dan ekumenis secara radikal dalam filosofinya, mendukung program Alpha yang menjembatani gereja-gereja kharismatik, Protestan dan Roma Katolik. Dia adalah anggota dari Church of Christ the King di Brighton yang kharismatik, dan mendukung “manifestasi-manifestasi Roh yang luar biasa,” yang maksudnya adalah mistikisme kharismatik yang satanik/kedagingan seperti praktek membunuh roh, tertawa kudus, dan bergoncang kudus. Dia adalah seorang rocker, yang mengatakan bahwa dia tidak pulang ke rumah dan menyalakan lagu himne. Townend memiliki konsep tentang Kristus yang salah. Ketika bertanya, “Apakah yang akan Yesus nyanyikan?” ia menjawab: “Saya pikir Dia akan melakukan thrash metal atau hip hop atau sesuatu yang akan membuat kita berkata, ‘Dia tidak bisa melakukan itu!’ Karena saya pikir Dia akan menantang persepsi kita tentang apa yang nyaman. Saya tidak tahu apa yang akan Ia nyanyikan atau lagu siapa yang akan Ia pilih, tetapi saya percaya Ia akan melakukannya dengan suatu cara yang akan menggegerkan dan membuat kita terkejut” (“What Would Jesus Sing?” dari sebuah wawancara dengan Stuart Townend, seri TV Principles of Praise, 2011, http://www.youtube.com/watch?v=OCW0oAAna7c). Jadi, menurut Townend, bukannya menyanyikan mazmur, himne, dan puji-pujian rohani, Yesus akan menyanyikan thrash metal dan hip hop dan mencoba mengejutkan kita dengan pilihan musikNya. Ini bukanlah Yesus yang kudus kudus kudus dalam Alkitab. Memang benar bahwa Yesus mengejutkan khalayak agamawi pada zamanNya, tetapi bukanlah karena Ia sedang memberikan performa musik yang duniawi, bergoyang pinggul terhadap musik rock, atau melontarkan musik thrash! Ia mengejutkan karena kelompok agamawi pada waktu itu telah menolak Firman Allah dan Yesus adalah Firman Allah yang menjadi daging, jadi mereka tidak mengenali, mengerti, atau mengapresiasi Dia. Dia datang untuk menggenapi setiap iota dan titik dari hukum Allah yang maha kudus (Mat. 5:17-19). Karena para pendukung Christian rock begitu senang mengejutkan orang, mereka pikir Yesus seperti mereka. Para Christian rocker sama sekali tidak ambil pusing bahwa banyak orang kudus yang tersinggung oleh musik mereka karena dianggap duniawi dan tidak cocok untuk melayani Kristus. Para Christian rocker telah mengambil alih tidak terhitung banyaknya gereja yang tadinya tradisional, bahkan sampai ektrimsnya mendorong keluar semua yang tidak setuju dengan “pilihan” musik mereka. Bukannya bersimpati dengan orang-orang kudus yang menentang musik mereka, mereka memfitnah orang-orang seperti itu sebagai Farisi dan legalis dan tradisionalis yang kuno dan tidak berpikiran. Ini bukanlah roh Yesus. Yesus dengan serius memperingatkan agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang percaya padaNya (Mat. 18:2-10). Paulus juga memberikan peringatan ini. “Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!…Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun” (Roma 14:13, 19). Townend berpegangan tangan dengan “gereja yang lebih luas” dengan segala kesesatannya, dan tujuannya menulis lagu-lagu kontemporer yang “mirip himne” adalah ekumenisme. Gereja-gereja fundamentalis yang hari ini tidak begitu peduli dengan musik sedang bermain dengan api. Standar musik yang terbaik adalah standar yang paling man. Jika ragu-ragu, jangan! “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Rom. 14:23).

This entry was posted in Kesesatan Umum dan New Age, musik. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *