(Berita Mingguan GITS 3 Desember 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Sepertinya orang-orang yang berkompromi selalu salah menanggapi peringatan rohani. Mereka menyebutnya suatu serangan. Mereka menyebutnya “menembaki teman yang terluka” dan “saling melempar batu.” Mereka menggambarkannya sebagai kebencian. Ed Stetzer dan David Putman dari Southern Baptist, dalam buku Breaking the Missional Code (Broadmand and Holman Publishers, 2006), mengeluh bahwa “ada pelayanan-pelayanan yang eksis khusus untuk menyerang pengaruh budaya apapun terhadap gereja” (hal. 183). Perhatikan istilah emosional yang dipakai – “menyerang.” Yang mereka maksud adalah pengkhotbah-pengkhotbah yang memperingatkan akan hal-hal seperti kekotoran rock and roll, dan industri fashion modern yang tidak senonoh. Saya akan menjawab, pertama, bahwa pernyataan ini salah dalam dua hal. Pertama, pelayanan-pelayanan yang memberikan peringatan alkitabiah, tidaklah memperingatkan tentang pengaruh budaya “APAPUN,” tetapi hanyalah pengaruh-pengaruh budaya yang duniawi menurut definisi Alkitab, jadi pernyataan ini dilebih-lebihkan. Kedua, sebuah peringatan rohani yang diberikan oleh seorang anak Allah, yang didasarkan pada Kitab Suci dan termotivasi oleh kemuliaan Kristus, bukanlah suatu serangan; ia tidak destruktif; ia tidak bersifat jahat; ia adalah tindakan ketaatan kepada Allah dan belas kasihan kepada orang yang bersalah. Jika sebuah jembatan runtuh di suatu malam badai yang gelap dan saya berdiri di tengah jalan dan melambaikan tangan saya dan berseru kepada para pengemudi untuk berhenti, saya bukan menyerang orang-orang itu. Firman Allah memerintahkan, “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Ef. 5:11), dan “Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu” (Tit. 2:15). Ketaatan kepada semua perintah ini dan banyak lagi yang serupa, tidaklah salah, dan segala cemoohan para pengkompromi tidak akan membuatnya salah. Salah satu keponakan perempuan saya bertobat dari jalan dosanya dan membenarkan hubungannya dengan Tuhan tiga tahun yang lalu. Ketika hal itu terjadi, pemikirannya tentang peringatan rohani dan khotbah-khotbah Alkitabiah berubah drastis. Dalam kesaksiannya, dia menulis: “Tuhan telah memberikanku kecintaan terhadap kekudusan dan suatu rasa hormat yang besar terhadap orang-orang yang serius terhadap Alkitab. Gereja yang dulu saya serang karena saya pikir mereka orang Kristen yang berlebihan yang terlalu serius terhadap Alkitab, kini nomor satu bagi saya karena keberanian mereka bagi Kristus. Hal yang sama berlaku bagi paman saya David dan keluarganya yang luar biasa. Dia sepertinya tidak pernah berhenti berdoa bagi saya, sementara sebenarnya dalam pikiran saya dulu, dia hanyalah salah satu orang Kristen yang suka menghakimi, yang mencoba mencekoki Alkitab kepada orang-orang. Sekarang saya malah berharap saya bisa seperti dia!” Hikmat rohani hanya datang melalui keselamatan dan hati yang taat dan mencintai kebenaran.