(Berita Mingguan GITS 07 Januari 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini ditulis oleh Gembala Buddy Smith, Malenda, Queensland, Australia – “Christopher Hitchens, salah satu atheis yang paling militan di generasi kita baru-baru ini meninggal. Satu orang lagi atheis sementara yang kasihan. Perlu ada orang yang memberitahu kepada kalangan orang-orang tidak percaya modern bahwa tidak ada atheis di dalam pekuburan. Mengapa? Karena apapun pandanganmu, atheis akan hilang setelah mereka mati. Perhatikan pandangan Kristen tentang kematian seorang atheis. Menurut Alkitab, atheis akan pergi ke neraka setelah mereka meninggal, disiksa dalam penghakiman sambil menunggu pengadilan Aras Putih dan Lautan Api. Di neraka, sang atheis sudah mengetahui bahwa Allah Alkitab adalah nyata dan dia bertanggung jawab kepadaNya atas penolakannya terhadap Kristus. Seseorang yang mengetahui bahwa Allah telah menaruh dia di neraka karena dosa-dosanya, bukan lagi seorang atheis. Bisa jadi dia masih membenci Allah dan mengumpatNya, tetapi dia tidak bisa lagi menolak eksistensi Allah! Tidak ada atheis di neraka. Orang-orang Universalis (percaya semua orang diselamatkan), Unitarian (tidak percaya Tritunggal), dan modernis yang berpikiran kacau, mau agar kita percaya bahwa atheis masuk Surga, seperti semua orang lain (menurut mereka), tetapi tidak ada atheis di Surga. Tidak ada yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Kristus, jadi tidak ada atheis di Surga. Tidak percaya Alkitab? Perhatikan pandangan atheis tentang kematiannya sendiri, dan kamu akan melihat bahwa atheisme adalah sesuatu yang sementara. Si atheis percaya bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Dia percaya bahwa dia akan menjadi tidak eksis pada saat dia mati. Jadi, jika dia tidak eksis lagi saat kematian, maka atheisme-nya juga berakhir pada saat kesadaran dirinya hilang. Dari pengakuan dirinya sendiri, kematian membuatnya menjadi atheis yang tidak eksis lagi, dan atheis yang tidak eksis bukanlah atheis! Adalah fakta bahwa tidak ada atheis dalam kekekalan. Dan tidak ada atheis dalam pekuburan. Jadi di manakah para atheis? Mereka ada di sini, di bumi, untuk sementara waktu yang sangat singkat, sambil dengan marah-marah menyangkali eksistensi pribadi Allah yang penuh kasih yang memberikan mereka nafas mereka dan semua hal yang baik yang mereka nikmati setiap hari, dengan bodoh menolak tawaran keselamatanNya. Lalu, ketika kematian datang, mereka berhenti menjadi atheis. Atheis sementara yang kasihan. Voltaire, Robert Ingersoll, Christopher Hitchens, dan sekumpulan lainnya yang menyebut diri atheis sementara masih hidup, tetapi saat mereka mati, mereka berhenti menjadi atheis. Kita orang Kristen perlu menaruh tanda di batu nisan mereka yang berbunyi, “Tidak lagi seorang atheis!”
Kalo ngak suka sama Atheis ngak perlu bilang Atheis itu bodoh, menjudge agamu paling benar, adanya surga negara, seperti apa surga neraka?? Kapan dan dimana anda pergi melihatnya langsung, melalui mimpikah? Melalui kesaksian nyata seseorangkah? Melalui media buku surga itu nyatakah?? Jika anda merasa cukup yakin 100% adanya semua itu, ya cukuplah anda dan teman2 ada sepemahaman merasakan, jadi ngak perlu jelek2in orang yg Atheis, Agamamu adalah bagian/ sebahagian dari mencerminkan kepribadianmu
Mazmur 14:1 Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.”
Seperti artikel di atas nyatakan: Seorang atheis itu bersifat sementara saja. Jika memang tidak ada Allah, maka sang atheis akan hilang saat mati.
Jika ada Allah, maka sang Atheis akan dihakimi Allah setelah kematian, dan dia tidak akan memegang atheisme lagi.