(Berita Mingguan GITS 14 Januari 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Kebanyakan gereja Baptis di dunia hari ini kalau bukan sesat, sudah berkompromi secara rohani dan moral dengan dunia. Kita baru-baru ini diingatkan lagi akan hal ini oleh suatu pengumuman akan adanya suatu Baptist Conference on Sexuality and Covenant yang dijadwalkan untuk bulan April di First Baptist Church, Decatur, Georgia. Event ini, yang disponsori bersama oleh Cooperative Baptist Fellowship dan Mercer University, diberi judul oleh Jenell Paris “The End of Sexual Identity: Why Sex Is Too Important to Determine Who We Are.” Musik untuk konferensi tersebut akan disediakan oleh musisi kontemporer, Jennifer Knapp, yang mengumumkan diri sebagai seorang lesbian pada tahun 2010. Sesi-sesi dalam konferensi tersebut akan “mengeksplorasi bagaimana realita dan riset masa kini menantang kategori-kategori tradisional etika seksual” (“Baptist Sexuality Conference,” Associated Baptist Press, 10 Jan. 2012). Tim yang merencanakan konferensi ini mengundang pembicara-pembicara yang “telah sungguh-sungguh bergumul dalam hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan seksual.” “Pergumulan” ini adalah produk sikap tidak percaya, karena Firman Allah menggambarkan masalah seksualitas dengan bahasa yang sangat jelas, dan tugas kita bukanlah “bergumul” dengan Firman Allah; tugas kita adalah mempercayainya. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr. 11:6). Dari Kejadian sampai Wahyu, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Allah menyetujui hubungan “sesama jenis,” sebaliknya, Alkitab menegur hal ini sebagai suatu kekejian (Rom. 1:26-28). Menurut Kitab Suci, satu-satunya lingkungan yang dapat diterima untuk melakukan hubungan seksual adalah dalam pernikahan, dan tidak ada otoritas ilahi untuk melangsungkan pernikahan antara pasangan yang sama jenis. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah” (Ibr. 13:4). Kebenaran ini sudah sejak penciptaan manusia sebagaimana dicatat dalam Kejadian dan Yesus mengkonfirmasikannya dengan otoritasNya sewaktu Ia melayani di bumi ini (Mat. 19:1-6). Jadi tidak benar bahwa Yesus tidak menyinggung masalah hubungan “sesama jenis.” Dia berbicara mengenai isu ini, baik dengan cara membatasi pernikahan yang sah kepada hubungan laki-laki dan perempuan, maupun dengan cara memperingatkan tentang kehancuran Sodom (Mat. 10;15; 11:23-24). Lebih lanjut lagi, Dia mengajarkan tentang isu homoseksualitas melalui RohNya di dalam para nabi dan Rasul yang memberikan kanon Kitab Suci melalui inspirasi ilahi (Yoh. 16:12-15).