(Berita Mingguan GITS 25 Februari 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Baru-baru ini kami menerima permintaan berikut: “Ayah saya meminta saya untuk menulisimu dan meminta jika kamu punya suatu pernyataan tentang standar musik yang dapat kami pakai dalam merancang undang-undang dasar gereja kami. Musik telah menjadi topik yang sedemikian besar di zaman in isehingga ia merasa, sebagai gembala sidang senior, bahwa kami memerlukan suatu pernyataan yang jelas dan bersifat prinsipil dalam undang-undang kami.” Saya (Dr. Cloud) mengirimkan yang berikut ini, yang adalah revisi dari pernyataan yang kami pakai dalam gereja-gereja kami di Asia Selatan: 1. Musik gereja haruslah mengajarkan doktrin yang benar (Kol. 3:16). Kata-kata dalam lagu-lagu haruslah benar dan sesuai dengan pengajaran Alkitab. Kebanyakan Musik Kristen Kontemporer (MKK atau CCM) tidak dapat diterima karena mengekspresikan filosofi ekumenis kharismatik atau menyampaikan pesan yang tidak jelas yang tidak memiliki kekuatan atau kejelasan doktrin. 2. Musik gereja harulah kudus atau terpisah dari dunia (Ef. 5:19; Rom. 12:2; 1 Yoh. 2:15-16). Ini berarti bahwa musik gereja tidak akan terdengar seperti musik populer yang dimainkan di radio atau musik yang dunia pakai untuk menari dan minum-minum dan berpesta. Musik gereja kita tidak akan memakai backbeat atau bentuk-bentuk lain sinkopasi dansa, karena hal-hal ini telah selalu diasosiasikan dengan sensualitas dan telah menjadi bagian yang sexy dalam musik pop. Kami percaya bahwa tidaklah bijak untuk memakai drum (kecuali dalam orkestra) dan gitar listrik dalam musik gereja, karena alat-alat musik ini mudah sekali dipakai dalam gaya musik pop. 3. Musik gereja tidak boleh meminjam dari dunia musik kontemporer Kristen, karena musik kontemporer Kristen adalah salah satu bahan baku pembangunan gereja esa sedunia yang sesat dan adalah perwakilan dari suatu roh yang asing (1 Kor. 10:21; Ef. 5:11; 2 Tim. 3:5; Wah. 18:4). Hal ini nyata dari pemeriksaan terhadap sejarah musik ini dan juga kehidupan dan kepercayaan para musisi kontemporer seperti yang sudah kami lakukan dalam buku Directory of Contemporary Worship Musicians. 4. Musik gereja tidak boleh didesain untuk menghasilkan suatu pengalaman mistik gaya kharismatik (1 Pet. 5:8). Tujuan dari musik kharismatik adalah menghasilkan suatu penyembahan yang berlandaskan pada pengalaman subjektif dan untuk mencapai ini para “penyembah” kontemporer menggunakan musik dengan ritme dansa yang kuat, urutan-urutan chord yang tidak genap, pengulangan musik berkali-kali, dan modulasi elektrik sehingga orang-orang dapat terbawa oleh musik secara emosional. Alkitab memberitahu kita untuk tetap waspada dan tidak membiarkan apapun mengikat hati kita selain Allah dan FirmanNya. Kita tidak boleh membuka diri secara sembarangan kepada pengalaman apapun tetapi harus terus menguji segala sesuatu dengan standar Kebenaran Allah yang absolut (1 Tesalonika 5:21).
3 persyaratan dasar untuk kidung:
Pertama, kata-kata dari suatu kidung haruslah bersandarkan kebenaran. Banyak kidung memenuhi dua persyaratan lainnya tetapi mengandung kesalahan dalam kebenaran. Jika kita meminta anak-anak Allah untuk menyanyikan kidung-kidung ini, mereka akan dituntun ke dalam kesalahan. Kita menaruh kesalahan manusia kepada mereka ketika mereka pergi kepada Tuhan; kita mengarahkan mereka ke dalam perasaan yang tidak tepat. Ketika anak-anak Allah menyanyikan kidung, perasaan mereka diarahkan terhadap Allah. Jika kidungnya memiliki doktrin yang salah, mereka akan tertipu dalam perasaan mereka dan tidak menjamah realitas. Allah tidak bertemu dengan kita menurut perasaan puitis dari kidung; Dia bertemu dengan kita menurut kebenaran yang dinyatakan dalam kidung. Kita hanya dapat datang di hadapan Allah dalam kebenaran. Jika kita tidak datang kepada Allah dalam kebenaran, kita ada dalam kesalahan dan tidak menjamah realitas.
Kedua, doktrin yang akurat sendiri tidak akan menyusun suatu kidung. Suatu kidung perlu puitis dalam bentuk dan strukturnya. Kebenaran sendiri tidak cukup. Setelah ada kebenaran, masih ada keperluan untuk puisi dalam bentuk dan strukturnya. Hanya ketika ada puisi kidung itu seperti kidung. Menyanyi bukanlah pemberitaan. Kita tidak dapat menyanyikan suatu berita. Ada satu kidung yang dimulai dengan kata: “Allah yang sejati menciptakan langit, bumi dan manusia.” Ini mungkin sesuatu yang bagus untuk pemberitaan, tetapi tidak untuk dinyanyikan. Ini adalah doktrin, bukan suatu kidung. Semua nyanyian dalam kitab mazmur adalah puisi. Setiap mazmur itu lembut dan halus dalam bentuk dan ekspresi dan mengutarakan pikiran Allah dalam cara puisi. Jika setiap baris hanya mengikuti irama tertentu, itu tidak akan menyusun suatu kidung. Strukturnya haruslah puitis dan bentuknya haruslah puitis.
Ketiga, di samping mempunyai kebenaran dan struktur dan bentuk puisi, suatu kidung perlu memiliki kontak rohani. Ia harus menjamah realitas rohani. Misalnya, Mazmur 51 adalah mazmur pertobatan Daud. Dalam membacanya, kita menemukan pertobatan Daud secara doktrinal yang benar, kata-katanya dipilih dengan cermat, dan struktur mazmur ini rumit. Namun lebih daripada itu, kita merasakan sesuatu di dalam kata-kata itu; ada realitas rohani, perasaan rohani di dalam mazmur. Kita dapat menyebut ini ‘beban’ dari kidung. Daud bertobat, dan perasaan pertobatannya meresapi seluruh Mazmur. Seringkali dalam membaca kitab Mazmur, ada sesuatu yang menyambar – setiap sentimen yang diekspresikan di dalam mazmur ini sejati. Ketika pemazmur bergirang, dia melompat dan berteriak karena sukacita. Ketika dia sedih, dia menangis. Mazmur-mazmur ini bukanlah kata-kata yang kosong dari realitas. Ada realitas rohani di balik kata-kata itu.
(Messages for Building Up New Believers, hal. 228-231)