(Berita Mingguan GITS 26 Mei 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Starbucks, yang bermarkas di Seattle, telah sejak dulu meninggikan diri melawan Allah dan hukum-hukumNya. Pada tahun 2007, perusahaan ini mencetak slogan-slogan anti-Allah di sebagian gelas-gelas kopi mereka. Pada bulan Januari tahun ini, Starbucks adalah salah satu perusahaan besar yang mendukung hukum “pernikahan” homoseksual di negara bagian Washington. Dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada semua pegawainya, Starbucks mengatakan bahwa hukum ini “adalah inti dari siapa kita dan apa yang kita hargai” (CNSNews, 27 Jan. 2012). Kini, Presiden dan Direktur Utama Starbucks, Howard Schultz, telah menyombong bahwa sikap perusahaan tersebut tidaklah berpengaruh buruk terhadap keuntungan mereka. Dalam sebuah pertemuan pemegang saham, Schultz mengatakan, “Sejujurnya, sejak kita membuat keputusan tersebut, sama sekali tidak ada pengurangan dalam bisnis kita” (“Starbucks, WorldNetDaily, 16 Mei 2012). Sebagai respons, National Organization for Marriage (NOM) meluncurkan kampanye Dump Starbucks (Tinggalkan Starbucks). Jonathan Baker, pendiri dari NOM dan seorang pemegang saham Starbucks, mengatakan, “Jika Howard Schultz dan para liberal picik di Seattle mendengar suara kita cukp banyak, manajemen akan bergeser ke sikap yang lebih inklusif terhadap pelanggan dan partner mereka yang memiliki beragam pandangan tentang pernikahan. Orang seharusnya bisa minum atau dilayani segelas kopi yang enak tanpa mengkhianati nilai-nilai inti mereka sendiri tentang pernikahan.” Pernyataan ini bagus (walaupun saya pribadi tidak merasa kopi Starbucks terlalu baik). Masalahnya adalah bahwa praktis semua perusahaan besar multi-nasional menentang hukum Allah, termasuk Microsoft, Apple, dan Google, yang semuanya menyatakan diri mendukung “pernikahan” homoseksual. Kerusakan moral Starbucks secara sederhana membuktikan Alkitab benar. Ini adalah penggenapan nubuat Alkitab (mis. Maz. 2; 2 Tim. 3; 2 Pet. 3). Dalam Lukas 17, Yesus menyamakan hari-hari di akhir zaman dengan zaman Lot dan Sodom dan Gomora. Petrus, Yudas, dan Yohanes juga menyinggung Sodom berkaitan dengan akhir zaman. Mazmur 2 ditulis 3000 tahun yang lalu dan menggambarkan situasi yang kita hadapi dengan sangat tepat. Nubuat ini bukan hanya menggambarkan pemberontakan global di akhir zaman, tetapi juga menggambarkan kembalinya Kristus dan pendirian kerajaanNya. “Raja-raja bumi” adalah para penguasanya, bukan hanya mengacu kepada para penguasa politis, tetapi juga para kapten industri-industri moder dan raja-ratu kebudayaan populer. “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: “Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!” Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” (Maz. 2:1-6).