(Berita Mingguan GITS 7 April 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Sekitar 2000 tahun yang lalu, rasul Paulus berdiri di bukit Mars atau dikenal juga sebagai Aeropagus (Ares sama dengan Mars) di Athena dan memberitakan Injil kepada pada filsuf yang menyembah berhala yang sering berkumpul untuk “mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru” (Kis. 17:21). Sambil dia berdiri di atas bukit itu pada hari itu, di bawah langit cerah pada fajar milenium pertama Masehi, Paulus pastinya dapat melihat Acropolis yang terletak hanya beberapa ratus meter jauhnya, dengan kuil-kuilnya yang indah yang ditujukan kepada dewa-dewi Yunani, yang terutama adalah Zeus (Jupiter) dan Athena (Minerva). Acropolis pastinya memukau orang duniawi manapun, dengan marmer putihnya yang mengkilau dan batu-batu berwarna-warni, patung-patung tembaganya dan pernak-pernik emas. Bahkan ada mezbah yang secara menyedihkan ditujukan kepada Allah yang tidak dikenal, dan Allah inilah yang Paulus beritakan kepada mereka hari itu kepada sekumpulan orang-orang dan wanita-wanita besar yang berpendidikan dalam cara-cara dunia ini tetapi sama sekali bodoh mengenai Pencipta mereka, laki-laki dan perempuan yang sangat fasih literatur dunia tetapi tidak tahu hal yang paling mendasar tentang hikmat yang sejati. Ada tiga tanggapan yang berbeda terhadap khotbah Paulus yang berani, karena benih Injil yang baik jatuh kepada tanah yang berbeda-beda (Luk. 8:11-15). Ada yang mengejek, menolak Injil kebangkitan Kristus sebagai kebodohan (ay. 32). Ada yang menangguhkannya dan berkata bahwa mereka mendengar lebih lanjut “lain kali” (ay. 32). Namun demikian, tidak ada bukti bahwa mereka memiliki kesempatan lain; Paulus meninggalkan Athena segara sesudah itu dan tidak pernah kembali, sejauh yang kita tahu, dan ini mengingatkan kita betapa berbahayanya menunda Injil untuk “lain kali.” Kelompok ketiga, yang paling kecil, “menggabungkan diri dengan dia, dan percaya” (ay. 34). Mereka ini dilahirkan kembali dan menjadi kawanan kecil Kristus (Luk. 12:32). Bukit Mars masih ada, tetapi sekarang hanyalah suatu tempat berbatu yang sepi. Kuil-kuil megah tinggal puing-puing belaka, dan banyak orang Yunani yang telah menukarkan penyembahan berhala mereka dengan kekristenan Ortodoks Yunani yang sesat. Athena hari ini tidaklah megah, dan Yunani adalah negara yang miskin hari ini sehingga perlu mengemis kepada komunitas Eropa. Mereka semestinya mendengarkan Paulus lebih serius lagi hari itu!