(Berita Mingguan GITS 26 Mei 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Dalam sebuah kunjungan baru-baru ini ke Museum Royal Tyrrell di Drumheller, Alberta, saya tertarik melihat bahwa gajah pertama dikatakan adalah makhluk yang berukuran sebesar babi. Papan penjelasan mengatakan, “Gajah-gajah pertama hidpu sekitar 40 juta tahun yang lalu. Mereka tidak memiliki gading ataupun belalai. Berukuran seperti seekor babi, mereka hidup di rawa-rawa, di tempat yang kini adalah Afrika. …Sambil gajah berevolusi menjadi binatang yang semakin besar, kepala mereka menjadi semakin berat dan semakin jauh dari tanah. Mereka mengembangkan hidung-hidung yang panjang, atau belalai, supaya mereka masih dapat menjangkau makanan.” Mereka mempublikasikan kebodohan seperti ini di museum kelas dunia dengan segala keseriusan, tetapi berani-berainya mengejek bahwa orang yang percaya Alkitab beriman “buta”! Bagian displai “mata rantai yang hilang” (misalnya dari dinosaurus menjadi burung) di Royal Tyrrell sama sekali tidak mengandung bukti ilmiah bahwa evolusi terjadi. Semuanya diasumsikan dan tidak ada yang dibuktikan. Charles Darwin sama sekali tidak menyajikan suatu mekanisme kreatif yang dapat menjelaskan “evolusi” yang sedemikian fantastis dari satu makhluk menjadi makhluk lain. “Seleksi alam” bekerja untuk menyeleksi dan tidak dapat menciptakan dan tidak memberikan informasi genetika yang baru. Belelai gajah atau sayap burung adalah organ yang sangat kompleks, dan mereka harus diprogram di level DNA dari makhluk tersebut di setiap sel hidupnya, yang tiap selnya lebih kompleks dari sebuah kota modern. Darwin menulis “On the Origin of Species,” tetapi judul ini sama sekali tidak tepat, karena buku tersebut hanyalah berurusan dengan variasi di dalam sebuah spesies atau suatu jenis makhluk hidup (misalnya beragam versi burung merpati), dan tidak membahas bagaimana spesies itu sendiri bisa terjadi.