Pandangan Injili yang Berubah Tentang Homoseksualitas

(Berita Mingguan GITS 05 Mei 2012, sumber: www.wayoflife.org)

Ada suatu tendensi yang berkembang cepat di antara para penulis “Injili” untuk menerima orang-orang homoseksual yang belum bertobat sebagai orang-orang Kristen sejati, dan menolak untuk “menghakimi” mereka. Chris Seay, penulis dari Faith of My Fathers, seorang gembala sidang Southern Baptist generasi ketiga, mengatakan bahwa gereja-gereja tidak dipanggil untuk menjadi “polisi moral” dan bahwa kita perlu “mendekati para homoseksual tanpa penghakiman” (“Shayne Wheeler and Chris Seay on Homosexuals and the Church,” ChurchRelevance.com, 19 Juni 2007). Kita bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa dicocokkan dengan Efesus 5:11? Dan Kimball mengatakan, “…kita tidak bisa lagi sekedar memuntahkan kembali apa yang telah diajarkan kepada kita tentang homoseksualitas” (They Like Jesus but Not the Church, hal. 137-138). Donald McCullough mengatakan bahwa “menghakimi homoseksualitas terasa alami karena sekitar 95 persen dari kita tidak pernah dapat membayangkan melakukan hal-hal seperti itu,” TETAPI “dalam dunia yang dijungkirbalikkan oleh kasih karunia, kita harus tidak mempercayai apa yang terasa alami” (If Grace Is So Amazing, Why Don’t We Like It, hal. 201, 202). Philip Yancey mengatakan, “Mengenai masalah-masalah kebijaksanaan, seperti menahbiskan pelayan-pelayan gay dan lesbian, saya bingung, seperti juga banyak orang” (“Amazed by Grace,” majalah online Whosoever). Istri Tony Campolo, Peggy, “berargumen bahwa pengajaran tradisional gereja tentang homoseksualitas adalah salah – sama seperti pengajaran tradisional gereja tentang peranan wanita, perbudakan, dan perceraian juga salah” (“Straight But Not Narrow,” pidato kunci, Evangelicals Concerned, Western Region 1994). Peggy adalah pemimpin nasional dari Association of Welcoming and Affirming Baptists, yang mendorong jemaat-jemaat Baptis untuk menerima para homoseksual yang tidak bertobat sebagai anggota gereja. Brennan Manning mengidentifikasi “homofobia” sebagai “salah satu isu moral yang paling serius yang mengesalkan di generasi ini” (Abba’s Child). Bahkan ada Alkitab bagi gerakan pro-homoseksual. Contohnya, 1 Timotius 1:10, yang dalam Terjemahan Baru tertulis “pemburit” (editor: homoseksual), diubah menjadi “orang yang tidak bertanggung jawab….yang tidak berhati-hati soal seks.” Dosa manapun dapat diampuni, tetapi haruslah diakui, yang berarti saya harus setuju dengan Allah bahwa itu adalah dosa. Anggota jemaat di Korintus telah berpartisipasi dalam banyak bentuk immoralitas sebelum mereka datang kepada Kristus, termasuk homoseksualitas, tetapi mereka telah diubah oleh kasih karunia Allah dan kuasa pengudusan Roh Kudus dan Paulus berbicara mengenai homoseksualitas di masa lalu (1 Korintus 6:9-11).

This entry was posted in New Evangelical (Injili). Bookmark the permalink.

One Response to Pandangan Injili yang Berubah Tentang Homoseksualitas

  1. herson says:

    memang menghakimi dilarang dalam ajaran kristus. kecuali negara yang di beri kewenangan.
    tetapi menyetujui atau memaklumi peebuatan itu adalah suatu kesalahan besar.
    kita sebagai umat yang percaya kepada Kristua tetap mengasihi semua orang tanpa kexuali. tapi kita membenci perbuatan homoseksualitas. bukan orang nya yang kita benci tapi perbiatannya tetap menjijikan.
    Orang yang tetap seperti itu dlm perbuatannya tidak boleh mengambil bagian dlm pelayanan jemaat.
    ia tetap hrs dipandang sebagai orang yg tidak mau bertobat jika masih hidup dg cara seperri itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *