(Berita Mingguan GITS 19 Mei 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Vidal Sassoon, salah satu raja industri fashion, meninggal tanggal 9 Mei pada usia 84. Dia adalah “seorang pionir kecantikan yang mirip dengan pemberontak-pemberontak fashion seperti Mary Quant [penemu dari rok mini], … memakaikan kepada wanita sepatu-sepatu hak tinggi yang ramping, rambut-rambut pendek, dan pakaian-pakaian dengan filosofi lebih sedikit bahan lebih baik” (“Vidal Sassoon,” USA Today, 10 Mei 2012). Pada tahun 1993, Sassoon memberitahu Los Angeles Times, “Wanita sedang kembali ke lahan pekerjaan; mereka sedang mengambil alih kuasa mereka sendiri. Mereka tidak memiliki waktu lagi untuk bekerja di mesin cuci.” Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam revolusi budaya tahun 1960an, Sassoon mengatakan bahwa walaupun grup Beatles sedang mengubah dunia, “kamu tidak bisa memakai musik, tetapi kamu bisa menampilkan rambut yang berbeda.” Fashion bukanlah sesuatu yang secara moral netral. Fashion adalah suatu bahasa, dan umat Allah tidak boleh menjadi sama dengan dunia yang jahat ini (Roma 12:2). Tiga hal yang mendasar pada industri fashion modern adalah kesombongan, sensualitas (yang dicapai terutama melalui pakaian yang terbuka atau yang ketat), dan uniseksualitas, yang semuanya dihakimi dalam 1 Yoh. 2:15-16 sebagai bagian dari dunia yang berada di bawah murka Allah yang adil. Sebagaimana telah kami dokumentasikan dalam buku Dressing for the Lord, banyak raja fashion adalah homoseksual, dan mereka melakukan usaha yang kuat untuk meruntuhkan perbatasan separasi antara lelaki dan wanita, yang adalah pemberontakan terhadap sang Pencipta, yang menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Rasul Paulus mengajarkan bahwa perbedaan antara jenis kelamin seharusnya tercermin bahkan dalam hal panjang rambut, dengan rambut panjang sebagai kehormatan wanita, melambangkan ketundukannya kepada otoritas, dan sebaliknya rambut panjang sebagai kehinaan bagi laki-laki (1 Kor. 11:14-15). Inilah mengapa saya memotong rambut saya pada tahun 1973 setelah saya ditobatkan dari gaya hidup “hippie,” dan saya selalu menganggapnya sebagai sesuatu yang munafik jika ada gereja yang mengizinkan wanita berambut pendek untuk melayani di paduan suara atau mengajar kelas sekolah minggu, padahal gereja tersebut tidak akan membiarkan lelaki berambut panjang untuk melayani di bidang-bidang itu. Pengaruh Vidal Sassoon menjalar bahkan hingga ke gereja-gereja yang mengaku percaya Alkitab.