(Berita Mingguan GITS 7 Juli 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Dalam serang yang terus menerus ditujukan kepada siapapun yang menentang homoseksualitas pada level mana pun, untuk alasan apapun, seorang aktivis hak homoseksual telah menyebut kelompok Baptis Selatan sebagai “teroris-teroris suci” karena membuat resolusi menentang hak khusus bagi homoseksual. Resolusi tersebut, yang diterima hampir secara sepenuhnya di pertemuan tahunan Konvensi (Baptis Selatan) pada bulan Juni di New Orleans, mengatakan bahwa pernikahan adalah “persatuan eksklusif antara satu laki-laki dan satu perempuan” dan “semua tindakan seksual di luar pernikahan adalah berdosa.” Presiden SBC yang baru terpilih, Fred Luter yang berkulit hitam, mendukung resolusi tersebut, dan berkata, “Jika Allah mengatakan itu salah, maka itu salah.” Resolusi yang sekedar menegaskan ajaran yang jelas dalam Alkitab itu membuat pendiri Soulforce, Mel White, sedemikian marah, sehingga ia menyebutnya terorisme. Dia mengatakan, “Teroris menggunakan rasa takut terhadap kekerasan manusia untuk menekankan kehendak mereka atas individu-individu dan negara-negara. ‘Teroris-teroris suci’ menggunakan rasa takut terhadap kekerasan dari Allah untuk menekankan kehendak mereka dengan cara yang sama” (“SBC Gay Stance,” Associated Baptist Press, 27 Juni 2012). White dengan sangat konyol mengklaim bahwa kaum Baptis Selatan sedang berperang melawan homoseksual dan mengeluh bahwa pemerintah tidak “menghukum dan mengkonfrontasi” orang-orang Kristen yang percaya Alkitab sebagai teroris. Sepertinya aktivis homoseksual seperti White bukan hanya menginginkan hak-hak sipil yang sejajar, mereka menentang hak orang lain untuk menyatakan pendapat dan untuk melaksanakan agama mereka secara bebas, dan mereka bertujuan untuk mengintimidasi dan pada akhirnya menutup mulut semua orang yang mau menyebut homoseksualitas sebagai dosa. White mengimplikasikan bahwa Allah yang mengirim orang-orang homoseksual ke neraka karena “gaya hidup” mereka adalah teroris. Sebenarnya, Allah dalam Alkitab adalah Allah yang kudus yang menuntut ketaatan dari makhluk-makhlukNya, dan karena alasan itu, semua orang berada di bawah penghukumanNya yang adil karena semua manusia sudah berdosa (Rom. 3:23). Tetapi Allah juga adalah Allah yang penuh belas kasihan. Bahkan lima kali dalam Alkitab dikatakan bahwa Ia adalah “penyayang.” Allah yang tak terbatas penuh dengan belas kasihan dan rasa sayang. Rasa sayang yang besar ini terpampang dengan brilian ketika Anak Allah menderita, mengucurkan darah, dan mati di atas salib demi dosa-dosa dunia. Ayat yang paling dikenal dalam Alkitab menyingkapkan bahwa adalah kasih yang memotivasi Allah untuk memberikan AnakNya yang tunggal untuk menyediakan penebusan sehingga “setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Adalah penghujatan untuk menyebut Allah dalam Kitab Suci sebagai teroris karena Ia menghakimin dosa, ketika Dia sendiri telah membayar harga penuh yang dituntut oleh hukumNya. Yesus minum dari cawan amarah Allah yang kudus dan adil di atas salib. Allah memang menuntut orang berdosa untuk bertobat, dan ini diterapkan kepada semua orang berdosa: penghujat, pembunuh, pembohong, pencuri, penzinah, dan homoseksual. Yesus memperingatkan bahwa mereka yang tidak bertobat akan binasa (Luk. 13:3, 5). Mengenai kampanye kebencian dari kaum aktivis homoseksual, kita tidak perlu melakukan apa-apa selain berjalan dalam kehendak Allah dan menantikan Dia, karena “teroris suci” yang menulis Mazmur 37 berkata: “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau” (Maz. 37:1-2)