Kerohanian Baru dan Allah Baru

(Berita Mingguan GITS 7 Juli 2012, sumber: www.wayoflife.org)

Kesesatan akhir zaman yang sedang menciptakan “satu gereja dunia” bukanlah sesuatu yang formal. Ia bukanlah suatu gereja, dalam pengertian institusional, walaupun Roma berada di inti gerakan ini. Ia adalah suatu semangat dan filosofi yang menyebar. Ia adalah suatu sikap saya-nomor-satu, suatu penolakan akan kebenaran absolut dan penerapan disiplin. Ia digambarkan dalam sebuah laporan baru-baru ini tentang pengunduran diri Rowan Williams sebagai Uskup Agung Canterbury. Menggambarkan penolakan “otoritas tokoh-tokoh gerejawi,” termasuk gembala-gembala sidang, Diana Butler mengamati: “…orang-orang biasa dengan yakin menegaskan bahwa kerohanian adalah suatu petualangan masyarakat umum yang mencari Allah, suatu perjalanan penemuan dan inspirasi yang melibatkan otentisitas dan bisa jadi atau bisa juga tidak terjadi di sebuah gereja, sinagog, atau mesjid. Kerohanian adalah suatu ekspresi iman yang dari bawah ke atas, dan tidak selalu cocok dengan pola dan praktek theologi yang diterima” (“When spirituality and religion collide,” USA Today, 15 April 2012). “Kerohanian” yang baru ini berfokus pada dunia ini dan berasal dari ilah dunia ini. Ia adalah suatu penolakan yang berani terhadap Allah Pencipta Mahakuasa dan hukum-hukumNya yang suci. Ia adalah penciptaan berhala-berhala seperti ilah dalam The Shack. Ia bukan barang baru, tentunya, karena berasal dari Babel kuno. Kesesatan akhir zaman digambarkan dengan detil tinggi dalam 2 Timotius 3-4. Rasul Paulus bernubuat bahwa pada hari-hari terakhir “manusia akan mencintai dirinya sendiri…menyombongkan diri…tidak mempedulikan agama…tidak suka yang baik…tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. …yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran…. tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.”

This entry was posted in Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *