(Berita Mingguan GITS 15Desember 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Dalam pandangan orang muda Amerika (dan negara-negara lain) pada umumnya, Jovan Belcher memiliki segala sesuatu. Ia adalah seorang pemain football profesional untuk klub Kansas City Chiefs, yang memberikannya status seperti dewa bagi masyarakat Amerika modern dan membukakan banyak pintu baginya. Dia berjuang melalui SMA dan kuliah, bermain football, dan terpilih sebagai pemain utama sebuah tim NFL, suatu pencapaian luar biasa dengan rasio 1 juta banding satu orang. Ia telah bermain dalam 10 game musim ini. Ia memiliki berton-ton uang dan dapat memuaskan semua keinginannya. Dia dapat membeli gadget apapun yang dapat ditawarkan oleh budaya pop baginya. Pacarnya adalah seorang perempuan muda yang cantik, dan mereka memiliki seorang bayi perempuan berumur tiga tahun. Tetapi pada tanggal 1 Desember, Belcher mengambil sepucuk pistol dan dengan brutal membunuh ibu dari bayinya, menembaknya sembilan kali, lalu melakukan bunuh diri di depan manajer dan pelatihnya di lapangan parkir stadium ilah football. Semua orang mengekspresikan kebingungan. Dia memiliki segalanya. Mengapa dia mau melakuan hal seperti itu?
Ada laporan-laporan media tentang kehidupan pesta pora, alkohol, obat-obatan, dan amarah yang banyak tersimpan, dan pacar yang mengancam akan meninggalkannya. Apa yang kita ketahui pasti adalah tidak adanya kepuasan sejati, tidak ada hidup yang sejati di dalam budaya pop Barat. Saya tidak tahu persis detil-detil kehidupan Belcher, tetapi saya tahu budaya pop, dan kehidupan ini hanya dapat memimpin kepada kehancuran rohani dan moral. Fokus dari dunia ini semuanya adalah tentang saya, dan itu adalah resep untuk kehancuran semua hubungan dan institusi. Cara hidup seperti itu hanya dapat menghasilkan rasa high karena adrenalin, dan eforia emosional yang hanya sebentar saja, yang membesarkan hawa nafsu manusia tetapi tidak dapat memuaskan, dan hawa nafsu itu akan terus bertambah intens dan menyimpang. Seperti yang dikatakan Pengkhotbah, mata manusia tidak akan pernah puas. Budaya pop tidak dapat menghasilkan kepuasan sejati dan kehidupan sejati, karena semuanya adalah kebohongan. Ia mengatakan bahwa kamu bisa hidup terlepas dari Allah dan hukum-hukumNya yang kudus dan semua akan baik-baik saja (tentu saja hal ini diperkuat lagi dengan beredarnya “Yesus” versi pop, seorang teman yang “tidak menghakimi,” yang hanya akan menenangkan hati nuranimu dan membantu engkau di waktu-waktu sulit).
Budaya pop mengatakan bahwa kamu bisa main-main dengan minuman keras dan obat-obatan dan menjadi binatang pesta dan memenuhi pikiranmu dengan musik aneh dan film-film yang penuh kekerasan. Kamu bisa merendahkan pernikahan kudus dan punya anak di luar nikah dan tidur dengan siapa saja dengan penyimpangan moral apapun yang disukai imajinasimu, dan semuanya akan baik-baik saja, karena para filsuf pop yang ‘cool’ yang menciptakan musik itu dan mendesain teknologi itu mengatakan demikian. Tetapi semuanya adalah kebohongan yang sia-sia yang sangat jahat.
Saya [David Cloud] begitu bersyukur bahwa Tuhan mengasihani saya ketika saya 23 tahun dan Ia mengirim Injil yang kuno kepada saya lagi dan lagi (saya tumbuh besar di gereja dan menolak Injil di masa-masa remaja) dan menarik saya kepada pertobatan dan iman dan suatu pengalaman perubahan yang supranatural dan mengubah hidup. Sampai dengan umur 23 tahun saya sudah jauh di jalan kehancuran, kecanduan obat-obatan dan alkohol dan aspek-aspek lain suatu kehidupan yang sangat menghancurkan. Hanyalah karena Allah menyelamatkan saya dari budaya pop dan memberikan saya hidup yang sejati dalam Yesus Kristus, maka saya bisa mempertahankan stabilitas moral, ekonomi, pernikahan, dan pelayanan, dan juga kesaksia yang baik selama empat puluh tahun. Itu adalah kasih karunia Allah dalam Kristus.