(Berita Mingguan GITS 30Maret2013, sumber: www.wayoflife.org)
Meresponi undangan dari paus Benediktus di tahun 2009, gereja-gereja Anglikan dan Episkopal semakin condong kepada Roma. Benediktus mengizinkan suatu jemaat Anglikan untuk secara keseluruhan bergabung dengan Gereja Katolik sambil mempertahankan banyak aspek tradisi Anglikan mereka, termasuk keimamatan yang menikah. Di AS dan Kanada, 36 gereja dan 30 imam telah mengambil langkah ini, dan hal yang sama sedang terjadi di Inggris Raya dan Australia. Di AS, yang terakhir adalah Gereja Episkopal St. Timothy di Catonsville, Maryland, yang melakukan voting untuk menyetujui langkah tersebut pada tanggal 10 Februari. Gereja St. Timothy mengikuti dua gereja Episkopal lainnya di daerah Baltimore yang telah bergabung dengan gereja Katolik.
Paus Benediktus mendirikan suatu sistem “ordinariate” “untuk menyediakan suatu struktur yang dapat dipakai oleh orang-orang Anglikan guna memasuki persekutuan penuh dengan Gereja Katolik” (“Ordinariate ia a permanent feature,” Catholic Herald, 20 Feb. 2013. Suatu ordinariate adalah mirip dengan suatu diocese Katolik (yaitu suatu distrik kegerejaan di bawah pengawasan seorang uskup, juga disebut bishopric see atau episcopal see), tetapi terdiri dari mantan Anglikan. Benediktus telah dipuji oleh baik Protestan maupun Baptis karena visi ekumenisnya, tetapi dengan jelas dia menyatakan bahwa tujuan akhir dari semua aktivitas ekumenis Gereja Katolik adalah untuk “restorasi penuh komuni gerejawi,” yang berarti restorasi Protestan ke dalam lingkup Katolik (Catholic Herald, 20 Feb. 2013).
Gereja Katolik telah sangat jelas dan terbuka mengenai tujuan ini sejak Konsili Vatikan Kedua di tahun 1960an. Katolik tidak pernah berpaling dari klaim mereka bahwa mereka adalah satu-satunya gereja sejati dan bahwa paus adalah kepala dari “seluruh gereja.”