Kremasi Terus Bertambah Populer

(Berita Mingguan GITS 11 Mei2013, sumber: www.wayoflife.org)

Jumlah kremasi di Amerika Utara meningkat drastis. Pada tahun 1975, hanya 6% orang yang meninggal yang dikremasi. Sampai dengan tahun 1996, barulah sekitar 20% orang yang dikremasi, tetapi pada tahun 2010, jumlah itu telah berlipatganda menjadi 40%, dan diperkirakan bahwa pada tahun 2025 nanti, 56% orang Amerika yang meninggal akan dikremasi (statistik didapatkan dari Cremation Association of North Amerika, laporan 2011).

Di negara bagian AS tertentu, persentasenya sudah jauh lebih tinggi, misalnya: Nevada, 72%; Washington, 71%; Oregon dan Hawaii, 69%; Montana, 65%; Maine, 64%; Colorado, 63%; Arizona, 62%; New Hampshire dan Alaska, 61%. (Negara-negara bagian dengan persentasi kremasi yang paling kecil adalah di daerah yang disebut “Bible Belt” – Mississippi, 14%; Alabama, 17%; Kentucky, 21%; Louisiana, 21%; West Virginia, 23%.) Statistik 2010 bagi Kanada adalah 57% secara nasional. Per propinsi, adalah sebagai berikut: British Columbia 81%; Yukon Territory, 63%; Alberta, 64%; Nova Scotia, 61%; Manitoba, 58%; Saskatchewan, 55%; Ontario, 53%; New Brunswick, 46%; Prince Edward Island, 21%.

Menurut sebuah berita utama di USA Today tanggal 5 Desember 1995, penerimaan terhadap kremasi yang semakin meningkat, adalah berbarengan dengan penurunan “hambatan agamawi terhadap kremasi.” Sangatlah menarik bahwa sebuah koran sekuler melihat adanya hubungan antara agama dengan kremasi. Secara historis, penguburan Kristen adalah suatu kesaksian akan iman bahwa suatu hari akan ada kebangkitan tubuh, sementara kremasi telah dipraktekkan di kalangan Hindu dan kelompok lainnya yang percaya akan reinkarnasi.

Ketika paganisme semakin meningkat di hati orang-orang Amerika dan Kanada (dan juga Indonesia), kremasi menjadi semakin populer. “Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah” (1 Kor. 15:42-44).

This entry was posted in General (Umum). Bookmark the permalink.

4 Responses to Kremasi Terus Bertambah Populer

  1. Lukas says:

    Bagaimana dengan argumen untuk mempercepat kembali menjadi debu, atau di daerah tertentu yang lahannya terbatas? (Di Bali misalnya, atau kalau di luar negeri contohnya di Tokyo)

  2. Dr. Steven says:

    Yang lebih penting adalah gambaran akan pengharapan kita, dan contoh teladan. Apa jadinya jika tubuh Yesus dikremasi?
    Di daerah yang terbatas lahan pun masih bisa dilakukan penguburan.

  3. Lukas says:

    Bagaimana dengan argumen ini; Tuhan maha tahu dan “omnipotent” sehingga meski tubuh sudah jadi debu saat kebangkitan tubuh di hari penghakiman, Tuhan masih bisa menciptakan tubuh tersebut.

    Apalagi suku2 bangsa dengan budaya kremasi seperti Jepang, China, Korea, India, dan Bali.

    Bisa jelaskan mengenai “lahan terbatas bisa dilakukan penguburan”?

  4. Dr. Steven says:

    Tidak ada yang meragukan kemahakuasaan Tuhan dan kemampuan Tuhan untuk menciptakan tubuh baru. Tetapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah penguburan menggambarkan iman kita.
    Budaya-budaya kremasi yang anda sebutkan, justru juga mengaitkan kremasi itu dengan iman mereka, yaitu bahwa aksi kremasi penting untuk memastikan reinkarnasi dari orang bersangkutan.
    Dalam Alkitab, mayat yang terbakar adalah gambaran hukuman Tuhan atau suatu hal yang negatif.

    Di lahan terbatas tetap bisa dilakukan penguburan, hanya saja tidak perlu membuat nisan yang lebar dan megah. Buktinya, di Bali, di Jepang, tetap ada penguburan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *