Nasihat Brian Mclaren kepada Para Penulis Lagu Kontemporer

(Berita Mingguan GITS 15Juni2013, sumber: www.wayoflife.org)

Brian McLaren, salah satu suara yang paling berpengaruh dari sisi liberal gerakan “emerging church,” telah mempublikasikan suatu “Surat Terbuka kepada Para Pemimpin Penyembahan.” Di dalamnya ia menawarkan “suatu daftar tema-tema Alkitabiah yang patut dieksplorasi dalam kata-kata lagu kita.” Perhatikan kata “alkitabiah.” McLaren senang sekali memakai istilah-istilah dalam Alkitab, tetapi ia mendefinisikannya dengan kamus penyesat. Ia telah menolak theologi dispensasional yang dimiliki kakeknya yang adalah seorang misionari yang saleh, dan sebaliknya telah meluncurkan perahunya sendiri ke tengah perairan kesesatan akhir zaman. McLaren dan para sobat “emerging”nya adalah penggenapan akan 2 Timotius 3.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah, tetapi mereka menyangkali kekuatannya (ay. 5), yang adalah darah penebusan Kristus dan Kitab Suci yang absolut tidak dapat salah. Mereka “selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran” (ay. 7). Memang benar, theologi McLaren tidak pernah mantap. Ia senang sekali menimbulkan keraguan pada “yang kuno,” tetapi dia sendiri tidak memiliki banyak jawaban untuk masa kini, dan jawaban yang dia miliki pun salah. Tema-tema apakah yang disarankan oleh orang ini bagi para penulis lagu kontemporer? Dia mengusulkan bahwa mereka bernyanyi tentang membangun kerajaan Allah di masa sekarang, bukan tentang “dievakuasi ke Surga bersama Yesus, meninggalkan bumi untuk dihancurkan.” McLaren ingin mendengar lagu-lagu tentang cerobong asap yang diubah menjadi pembangkit listrik tenaga angin, tentang peluru yang dilebur menjadi mata bajak, tentang beruang kutub yang tidak jadi punah. Dia mengusulkan agar bernyanyi tentang Allah sebagai wanita, bernyanyi tentang Allah yang memakai milyaran tahun evolusi untuk “menciptakan” dunia. Dia mendorong para penulis lagu untuk menolak “injil doa seorang pendosa” yang berfokus pada pengampunan dan darah Yesus, sebaliknya bernyanyi tentang Allah yang “tidak memerlukan pemuasan.” Brian McLaren sungguh merupakan bagian dari air beriak-riak penuh kebingungan yang disebut “injili” modern. Gerakan “emerging church” adalah suatu rumah yang besar dengan banyak ruangan yang saling terhubung. Sebagai contoh, McLaren memberikan link dari blog-nya ke blog-nya Ed Stetzer, seorang Southern Baptist. Mereka semua memberikan link kepada Rick Warren. Tidak semua Injili se-liberal McLaren, tetapi hampir semua mereka bergandengan tangan dalam tingkat tertentu. Mereka tidak percaya atau tidak mempraktekkan separasi alkitabiah, yang adalah suatu kesalahan mendasar. Bahkan orang-orang konservatif, seperti Al Mohler dari Southern Baptist Seminary, secara penuh mendukung ekumenisme gaya Billy Graham. Jembatan-jembatan yang berbahaya ada di mana-mana. McLaren yang ekstrim liberal disambut dengan tangan terbuka ke forum-forum seperti National Pastor’s Conference, tahun 2009, yang saya hadiri sebagai pers, dan saya secara pribadi mewawancara McLaren. Para pembicara lain termasuk Andy Crouch, editor senior dari Christianity Today, Bill Hybels, Rob Bell, Leighton Ford, Gordon Fee, John Ortberg, Scot McKnight, dan Paul Young, penulis dari The Shack. Brian McLaren tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia adalah agen perubahan. Dia bahkan secara terang-terangan mengatakan bahwa ia sedang mengincar anak-anak dan cucu-cucu para fundamentalis. Hari ini pemikirannya yang sangat liberal adalah minoritas di dalam “Injili,” tetapi segera akan menjadi mayoritas karena kesembronoan rohani dan ketidaktaatan terbuka oleh para “konservatif,” sekaligus kebodohan para “fundamentalis” yang bermain-main api dengan Injili dan sistem penyembahan kontemporernya, bukannya secara jelas menolaknya dan melakukan separasi.

This entry was posted in Emerging Church, musik, New Evangelical (Injili). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *