Paus Fransiskus Tidak Mau “Menghakimi Homoseksual”

Dalam perjalanan pulang dari Brazil, dalam sebuah konferensi 80 menit, Paus Fransiskus memberitahu para wartawan bahwa dia tidak mau menghakimi kaum homoseksual, dan dalam konteks pembicaraannya terutama imam-imam Katolik yang homoseksual. “Jika seseorang itu gay dan dia mencari Tuhan dan memiliki maksud yang baik, siapakah saya untuk menghakimi?” (Paus Fransiskus, dikutip dalam http://christiannews.net/2013/07/29/pope-francis-on-homosexual-priests-who-am-i-to-judge/). Pernyataan Fransiskus ini bertentangan dengan posisi Paus sebelumnya, yaitu Benediktus. Benediktus mempertahankan posisi bahwa hubungan homoseksual adalah dosa.

Berita ini tentunya sangat menarik bagi orang percaya Alkitabiah, karena membuat jelas beberapa hal. Pertama, terlihat betapa konyolnya doktrin papal infallibility yang diusung Katolik. Katolik percaya bahwa Paus mereka tidak bisa salah ketika berbicara ex cathedra, atau dengan kata lain ketika sedang berbicara sebagai “Paus,” misalnya ketika merumuskan doktrin resmi Katolik. Tetapi apa yang terjadi ketika dua Paus berbeda pendapat? Hal seperti ini sering terjadi dalam sejarah kepausan, walaupun tidak banyak diekspos kepada publik. Kasus ini menjadi ilustrasi yang baik. Yang mana yang benar tentang homoseksualitas: Benediktus yang menganggapnya dosa, atau Fransiskus yang tidak mau menghakimi? Inilah permasalahannya jika kita menaruh dasar kebenaran pada manusia, yang terjadi adalah pergeseran, kompromi, dan kekacauan. Jauh lebih baik untuk menerima Alkitab, Firman Tuhan yang tidak berubah, sebagai standar kebenaran. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17)

Perkembangan ini juga memperlihatkan betapa sesatnya dunia ini, dan betapa dekatnya kedatangan Tuhan. Alkitab berkata bahwa hari kedatangan Anak Manusia akan seperti pada zaman Lot di Sodom (Lukas 17:26-30). Dosa spesial Sodom adalah homoseksualitas. Kita menyaksikan homoseksualitas diterima luas sebagai normatif di dunia sekarang ini. Baru-baru ini Ratu Elizabeth di Inggris memberikan “restunya” atas pernikahan homoseksualitas. Sungguh, ini adalah zamannya Sodom. Bahwa Paus Katolik akan ikut perkembangan zaman tidaklah mengherankan.

Alasan yang dipakai oleh Fransiskus adalah klasik dan umum, walaupun tetap mengecewakan: saya tidak mau menghakimi. Banyak orang memakai alasan ini untuk berbagai isu: saya tidak mau menghakimi. Tetapi banyak orang tidak tahu bahwa Alkitab memerintahkan orang Kristen untuk menghakimi, tetapi harus dengan penghakiman yang benar (Yohanes 7:24). Tidak ada penghakiman yang lebih benar selain yang diberikan Firman Tuhan. Dan Firman Tuhan sangat jelas mengenai homoseksualitas. “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka” (Roma 1:26-27). Pada dasarnya orang yang memakai alasan “jangan menghakimi” dalam kasus-kasus seperti ini adalah munafik. Apakah mereka pernah mendidik anak mereka? Jika anak mereka memukul adiknya, apakah dimarahi, dilarang? Kenapa menghakimi? Mengapa tidak membiarkan saja anak mereka melakukan seenak hatinya? Mendidik anak melibatkan menghakimi. Apakah mereka pernah membeli suatu barang, lalu komplain ketika barang itu lebih rendah kualitasnya dari yang dijanjikan? Mengapa menghakimi? Sungguh, dunia memakai “jangan menghakimi” hanya sebagai alasan untuk membenarkan diri atas dosa dan kesalahan. Bodohlah orang Kristen yang mau ikut dalam permainan itu.

This entry was posted in Katolik, Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

6 Responses to Paus Fransiskus Tidak Mau “Menghakimi Homoseksual”

  1. orang biasa says:

    Anda menulis:
    “Yang mana yang benar tentang homoseksualitas: Benediktus yang menganggapnya dosa, atau Fransiskus yang tidak mau menghakimi?”

    Kita membenci dosa tapi mengasihi pendosanya. Sebab siapa di dunia ini yang tidak berdosa? Rasanya di dalam Injil pun cukup jelas sikap Yesus dalam hal ini, jadi kedua Paus tidak ada yang salah dalam hal tersebut.

  2. Dr. Steven says:

    Kalau kita mengasihi orang berdosa, maka kita akan memberitahu dia bahwa tindakan dia berdosa, dan akan dihukum oleh Tuhan. Kita tidak akan berdiam diri, enggan melukai perasaaan dia, atau alasan lainnya. Comment anda yang lain tidak saya publish karena mengandung link-link ke website lain. Kalau ada argumen silakan disarikan tanpa link.

  3. Arman says:

    Mohon dipahami pernyataan paus Fransiskus “If someone is gay and he searches for the Lord and has good will, who am I to judge?” – “Jika seseorang itu gay dan dia mencari Tuhan dan memiliki maksud yang baik, siapakah saya untuk menghakimi?”
    Yang saya hakimi adalah opini anda “Alasan yang dipakai oleh Fransiskus adalah klasik dan umum, walaupun tetap mengecewakan: saya tidak mau menghakimi.” Opini yang anda kemukakan tersebut sangat sempit dan picik. Apakah seorang pelacur/gay/pendosa mencari tuhan dan memiliki maksud baik itu harus dihakimi sebagai pendosa??? … Ketika dia mencari Tuhan itu artinya dia mau mencari “Kebenaran” dan itu artinya dia akan menemukan bahwa perbuatan tersebut (berhubungan sejenis) adalah dosa dan jika dia mau berbuat baik dan benar itu artinya hunungan tersebut harus tidak dilakukannya. Apakah yang anda mau menghakiminya atas tidakan tersebut?? atau mau mendukung/merangkulnya karena dia telah mau menjadi saudara-saudari yang satu dalam KRISTUS???

  4. Dr. Steven says:

    Ya, seorang pelacur/gay/pembunuh/pemerkosa, semua adalah pendosa. Kalau mereka mau mencari Tuhan, itu bagus, kita arahkan mereka untuk MENINGGALKAN DOSA itu. Kita tidak berkata: saya tidak mau komentar tentang aktivitas kamu itu baik atau tidak, dosa atau tidak, karena saya TIDAK MAU MENGHAKIMI. Alkitab yang sudah menghakimi: Homoseksualitas itu DOSA! Kita hanya perlu menerima dan menyampaikannya! Sama sekali kita tidak menolak orang berdosa, kita menerima orang berdosa, mencoba menobatkan mereka. Tetapi kita harus berani berkata: yang kamu lakukan itu DOSA, bertobatlah!

  5. Arman says:

    “yang kamu lakukan itu DOSA, berTOBATlah!” .
    Ketika seorang Gay mencari Tuhan itu artinya dia mau mencari “Kebenaran” dan itu artinya dia akan menemukan bahwa perbuatan tersebut (berhubungan sejenis) adalah dosa dan jika dia mau berbuat baik dan benar itu artinya hubungan tersebut harus tidak dilakukannya.
    Itu artinya dia terlah berTOBAT (tidak berbuat dosa lagi), mengapa harus Paus Fransiskus harus menghakimi dia sebagai orang yang berbuat DOSA toh seorang gay tersebut sudah berTOBAT?

  6. Dr. Steven says:

    Baca lagi konteks dari kutipan Paus. Segala sesuatu ada konteksnya.
    Ada banyak gereja yang mengizinkan seorang Homoseksual “mencari” Tuhan dan tetap Homo!
    Ada banyak Homo yang sekarang mengaku “mencari Tuhan,” “mencari kebenaran,” dll., tetapi tetap Homo, dan percaya bahwa homoseksualitas kompatibel dengan kekristenan.
    Seorang yang mengaku pemimpin Kristen perlu untuk membuat pernyataan lantang bahwa homoseksualitas tidak cocok dengan kekristenan. Kalau seseorang mengaku Kristen sekaligus Homo, maka itu non-sense dan omong kosong!
    Ini yang perlu jelas diserukan. Tidak perlu takut menyinggung perasaan orang dengan segala dalih “tidak menghakimi.” Pernyataan Fransiskus “tidak mau menghakimi” bisa ditafsirkan berbagai cara (anda menafsirnya secara positif), jadi justru membuka ruang bagi seorang homo untuk berkata “saya mencari Tuhan tetapi dalam konteks tetap homo.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *