Kunjungan ke Biara

Berikut adalah kesaksian David Cloud saat ia mengunjungi sebuah biara Katolik. Sumber: www.wayoflife.org

Dalam sebuah perjalanan ke Kanada pada bulan November 1998, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi sebuah biara tertutup. Seorang gembala sidang teman saya mengundang saya untuk bertemu dengan seorang sanak keluarganya yang telah menjadi biarawati Katolik selama 60 tahun. Saya sudah pernah mengunjungi kuil-kuil dan gereja-gereja Katolik di banyak belahan dunia, termasuk Vatikan, tetapi saya belum pernah berada di dalam sebuah biara. Biarawati ini yang kami kunjungi, sudah berusia 80 tahun dan dia menjalani sebagian besar hidupnya terkunci di sebuah biara yang gelap. Dia hanya bisa bercakap-cakap dengan kami dari balik jeruji besi. Bahkan ada jeruji yang melintang di kapel biara itu, memisahkan para biarawati dari publik. Para biarawati berdoa di kapel itu secara bergantian setiap jam.

Ketika anda memasuki kapel, ada tanda yang berbunyi, “Anda sedang masuk untuk memuji hosti-Yesus.” Perhatikan bahwa para biarawati menghubungkan langsung Yesus dengan hosti Katolik. Hosti, tentunya, adalah wafer misa yang “dikuduskan.” Para biarawati memanggang wafernya. Menurut theologi Katolik, wafer itu, ketika diberkati oleh imam, menjadi daging dan darah literal dari Yesus. Setelah misa, hosti diletakkan di dalam sebuah kotak kecil yang disebut tabernakel, dan orang berdoa kepada hosti itu seperti kepada Yesus Kristus sendiri.

Ibu Teresa sering menyebut wafer itu dan bersaksi bahwa Yesus-nya adalah hosti Katolik. Pernah ada kebakaran di salah satu kapel Ibu Teresa, dan dia bercerita betapa para biarawati mengucap syukur bahwa ada yang lari masuk ke bangunan yang terbakar dan menyelamatkan “Yesus.” Itulah hosti yang dipuja oleh para biarawati 24 jam sehari.

Biarawati-biarawati yang terkungkung itu juga berdoa kepada Maria. Biara yang saya kunjungi itu adalah milik Jemaat Hamba-Hamba Yesus-Maria. Setiap biarawati membawa Rosari setiap saat. Rosari adalah tasbih doa yang memimpin para pencari dalam doa kepada Allah dan Maria. Biarawati di biara itu memberikan kepada saya sebuah buku yang menceritakan sejarah ordo mereka. Halaman terakhir mengandung doa kepada Allah “melalui Yesus dan Maria.” Para biarawati berdoa bagi imam-imam Katolik di seluruh dunia dan bagi “persatuan semua manusia.” Saya percaya bahwa doa-doa kepada roh-roh penipu ini akan digenapi saat peristiwa di Wahyu 17-18 terjadi, yaitu dalam masa Kesusahan Besar. Saat ini situasi dunia menuju kepada suatu pemerintahan tunggal sedunia dan juga agama tunggal sedunia.

Saya akan terus terang. Betapa Roma Katolik adalah institusi yang penuh hujat dan jahat, membutakan berjuta-juta orang terhadap terang Injil, sehingga mereka tidak mengenal karunia keselamatan yang bebas di dalam Kristus, dan jabatanNya sebagai satu-satunya Juruselamat, Imam, dan Pengantara bagi manusia. Saya ingat bersaksi kepada seorang wanita Katolik yang tua di Australia banyak tahun lalu. Saya bertanya kepadanya apakah dia memiliki hidup yang kekal dan akan masuk Sorga saat ia mati. Dia menjawab bahwa dia tidak yakin, tetapi dia sudah melakukan yang terbaik dalam hidup ini, dan dia mempercayai gerejanya. Itulah yang terbaik yang ditawarkan Roma.

Saya ingat bersaksi kepada seorang biarawati dari ordo Sisters of Charity yang dipimpin Ibu Teresa. Percakapan ini terjadi antara saya yang waktu itu bersama istri saya dengan biarawati tersebut, Sister Ann, sewaktu kami menjadi misonari di Nepal. Biarawati itu bekerja dengan orang-orang Nepal yang sedang sekarat. Berikut adalah sedikit cuplikan percakapan itu:

CLOUD: Apakah kamu percaya jika mereka [orang-orang Nepal yang dia layani] mati, sambil percaya kepada Shiwa atau Ram [dewa-dewi Hindu], mereka akan masuk Sorga?

ANN: Ya, itu iman mereka, iman saya sendiri akan memimpin saya kepada Allah saya, bukan begitu? Jadi jika mereka percaya dengan kuat kepada allah mereka, jika mereka beriman, pasti mereka akan diselamatkan.

CLOUD: Apakah kamu percaya Maria adalah bunda Allah?

ANN: Ya.

CLOUD: Dan bagaimana dengan Paus, apa yang kamu percaya tentang dia?

ANN: Dia adalah kepada gereja, wakil [vicar] Kristus

CLOUD: Dan tentang misa, apa kepercayaanmu tentang misa?

ANN: Pengorbanan yang sekali dilakukan di Kalvari, setiap hari diperbaharui saat misa di altar. Ini adalah pengorbanan yang tidak berdarah. Waktu itu [saat salib] adalah pengorbanan berdarah; ini [misa] adalah secara tidak berdarah.

CLOUD: Jadi ada pengorbanan dalam misa setiap hari, seperti mengorbankan Kristus lagi?

ANN: Ya, lagi.

CLOUD: Kamu tidak percaya [orang Hindu] terhilang bukan?

ANN: Tidak mereka tidak terhilang. Mereka selamat menurut iman mereka, tahukah kamu. Jika mereka percaya apa yang mereka percayai, itulah keselamatan mereka.

CLOUD: Kalau kamu mati – kamu sendiri – apa yang menurutmu akan terjadi padamu?

ANN: Saya tidak akan masuk neraka. Mungkin untuk beberapa hari saya akan di purgatori. Karena kami juga tidak sempurna. Walaupun kami biarawati; kami beragama; kami tidak memiliki dosa luar yang besar, tetapi ada dosa.

CLOUD: Dan itukah tujuan purgatori?

ANN: Itulah tujuan purgatori.

CLOUD: Kamu berdosa kepada siapa? Pernahkah kamu berdoa kepada Maria?

ANN: Ya, dia ibu kami.

CLOUD: Kamu pernah berdoa kepada santo santa lain?

ANN: Ada beberapa santo santa yang kami percayai. Kami juga bisa berdoa kepada mereka. Seperti santa pelindung saya sendiri, Santa Anna, ibu dari bunda kami, Maria. Jadi saya berdoa kepadanya untuk membimbing saya di jalan yang benar saat saya melakukan pekerjaan saya.

Almarhum Ibu Teresa dan teman-teman kerjanya dan biarawati lainnya mengklaim mengasihi Yesus dan percaya padaNya, dan kita tahu mereka tulus mau menolong orang lain, tetapi realitanya, iman mereka adalah iman campuran. Iman mereka adalah Injil Katolik yang terkutuk yang berisi iman plus pekerjaan, hukum plus kasih karunia. Jika para biarawati ini memiliki iman alkitabiah pada pengorbanan Kristus yang sekali untuk seterusnya, mereka tidak akan mengikuti misa Katolik setiap hari, yang dengan bebas mereka akui adalah “pengorbanan ulang Kristus.” Ketika Sister Ann menyebut misa sebagai pengorbanan yang tidak berdarah, dia hanya mengulangi pengajaran resmi dari gerejanya, dari Konsili Vatikan II, dan juga Katekismus Katolik Baru. Jika mereka memiliki iman alkitabiah sejati akan pengorbanan Kristus yang sekali untuk seterusnya untuk menghapuskan dosa dan memberikan hidup yang kekal, mereka tidak akan percaya purgatori.

Jika kita sungguh-sungguh mengasihi orang Katolik, kita akan menyampaikan kepada mereka Injil Yesus Kristus, satu-satunya Injil yang dapat menyelamatkan mereka dari kebinasaan kekal. Kami pada hari itu menyampaikan Injil yang mulia kepada Sister Ann, di tepi sungai Hindu yang paling suci di Nepal. Kami membukakan Alkitab ke Ibrani dan menggambarkan kepada dia bahwa Pengorbanan yang sekali untuk seterusnya telah dilakukan oleh Anak Domba Allah. Saya telah sering berdoa baginya sejak saat itu, dan saya berharap melihatnya suatu hari di Sorga. Ini adalah kebutuhan mendesak bagi orang-orang Katolik. Pihak-pihak yang mengabaikan kesalahan doktrinal Katolik dan berafiliasi dengan mereka seolah-olah mereka adalah orang Kristen yang lahir baru dan percaya Alkitab, sebenarnya justru sedang mencelakakan mereka.

This entry was posted in Katolik. Bookmark the permalink.

4 Responses to Kunjungan ke Biara

  1. setwang says:

    Dr Steven,
    Ada seorang anak kecil dan buta memegang belalai seekor gajah. Keesokan harinya anak itu bercerita kepada teman-temannya bahwa itu adalah seorang ahli gajah karena pernah memegannya secara langsung.
    Pepatah Indian kuno : “Jangan men-judge seseorang sebelum Anda pernah berjalan menggunakan sepatu orang itu”

  2. Dr. Steven says:

    Daripada pepatah Indian, lebih baik Alkitab:

    ‘Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’ (Joh 7:24 ITB)
    ‘Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.’ (1Th 5:21 ITB)

  3. setwang says:

    Rasanya kalimat di Alkitab lebih cocok untuk Anda. “Jangan menghakimi menurut apa yang tampak”. Bagaimana Anda bisa menghakimi yang tampak, hanya dengan melihat sesaat suatu praktik keagamaan ?

  4. Dr. Steven says:

    Menghakimi dengan adil adalah dengan membandingkan isi pengajaran/perbuatan seseorang dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Titik. Tidak perlu kita bermain kata-kata.
    Contoh:
    Kalau seseorang mengajarkan Maria adalah pengantara antara Allah dan manusia, maka itu salah, sesat, berdasarkan 1 Timotius 2:5.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *