Kode Etika bagi Atheis?

(Berita Mingguan GITS 5 April 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari blog Dr. Terry Mortenson, Answers in Genesis, 18 Feb. 2014: “Selama bertahun-tahun, organisasi American Atheists memiliki masalah perilaku sosial yang serius pada acara konvensi nasional mereka. Jadi, mereka membuat suatu kode perilaku untuk acara konferensi tahun 2014. Sangatlah menarik untuk melihat hal-hal yang mereka perbolehkan (misal: berbagai macam immoralitas seksual) dan hal-hal yang tidak mereka perbolehkan (misal: kurangnya etika sosial). Tetapi dalam pandangan dunia atheis, para atheis ini tidak memiliki dasar bagi kode perilaku mereka. Dalam pandangan mereka tidak ada Allah dan oleh karena itu tidak ada absolut dalam moral. William Provine, seorang atheis evolusionis yang terkenal di Amerika, dan juga profesor di Cornell University, menyatakannya seperti ini: “Baiklah saya merangkumkan pandangan saya mengenai apa yang telah diberitahukan kepada kita secara jelas oleh biologi evolusionis modern. ..Tidak ada ilah-ilah, tidak ada tujuan, tidak ada kekuatan apapun yang memiliki tujuan. Tidak ada kehidupan setelah kematian. Setelah saya mati, saya secara absolut yakin bahwa saya akan mati. Itulah akhirnya bagi saya. Tidak ada fondasi ultimat bagi etika, tidak ada makna ultimat bagi kehidupan, dan tidak ada kehendak bebas bagi manusia juga” (Origins Research 16, no. 1/2, 1994, 9; dikutip dalam Technical Journal 10, no. 1, 1996, hal. 22). … Jadi kita semua hanyalah binatang, dan sekarang ini adalah hukum rimba, yang paling kuat yang bertahan. Binatang tidak memperlihatkan etika sosial yang dituntut oleh kode perilaku Atheis. Jadi mengapa manusia harus melakukannya? Kode perilaku ini sungguh tidak berdasar. …Jadi dari manakah asalnya standar moral? Mereka datang dari hukum moral Allah, yang tercerminkan dalam Sepuluh Hukum (Keluaran 20:1-17), yang tertulis di dalam hati setiap manusia, termasuk atheis (Roma 2:14-16), karena kita semua diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Sungguh menyedihkan bahwa mereka tidak tahu tentang hukum Allah yang sebenarnya mendatangkan kebebasan besar dan berkat yang ajaib (Yohanes 8:31-32; Mazmur 1:1-6 dan Mazmur 19:8-15). Mereka juga tidak paham akan darah Kristus yang mahal yang dapat membasuh semua dosa mereka (1 Yohanes 1:7) dan mengembalikan mereka kepada suatu hubungan yang benar denga Allah (Roma 5:1) dan tentang kasih dan karunia Allah yang dapat mengubah hidup mereka sehingga sungguh menjadi orang yang luar biasa yang Ia maksudkan ketika Ia menciptakan kita, dan yang akan memuaskan kerinduan terdalam hati kita (Yohanes 10:10 dan 2 Korintus 5:17).”

This entry was posted in Atheisme. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *