Gereja Episkopal dan Islam

(Berita Mingguan GITS 22 November 2014, sumber: www.wayoflife.org)

Pada tanggal 14 November 2014, Katedral Nasional di Washington D.C., yang adalah bagian dari Gereja Episkopal Amerika, mengadakan kebaktian Islam yang sepenuhnya. Peristiwa itu disponsori oleh kelompok-kelompok Islam yang memiliki pertalian dengan terorisme, seperti Council on American Islamic Relations (CAIR) dan Islamic Society of North America (ISNA). Para Muslim yang datang dijauhkan dari pandangan salib, karena mereka tidak diperbolehkan untuk berdoa “dalam jarak pandang dengan simbol-simbol suci yang asing bagi iman mereka” (“National Cathedral Holds Friday Muslim Prayers,” Voice of America, 14 Nov. 2014). Gereja Episkopal yang liberal telah menunjukkan bahwa mereka lebih menghargai dan memandang orang-orang Muslim daripada jemaat Episkopal tradisional yang berpegang pada ketiadasalahan Alkitab. Larry Provost melaporkan yang berikut ini: “Di Binghamton, New York, Gereja Gembala Baik pecah dari Diocese Episkopal di New York Tengah karena isu ketiadasalahan Alkitab. Gereja Gembala Baik (yang percaya ketiadasalahan Alkitab) terus bertumbuh walaupun mereka diusir dari gedung gereja yang pernah mereka pakai untuk kebaktian. Setelah sekian lama, Diocese Episkopal di New York Tengah mau menjual properti gereja yang bersangkutan. Gereja Gembala Baik tertarik untuk membeli gedung gereja mereka yang lama itu dan menawarkan Diocese Episkopal New York $150.000 untuk properti tersebut. Gereja Episkopal menolak untuk menjual properti itu kepada Gereja Gembala Baik. Sebaliknya, mereka menjualnya kepada suatu kelompok Muslim. Kelompok Muslim tersebut menawarkan hanya $50.000 untuk properti itu; $100.000 kurang dari tawaran Gereja Gembala Baik. Gereja Episkopal masih tidak puas sampai di sana; sebuah klausa ditambahkan ke perjanjian jual beli, bahwa properti itu tidak boleh dijual kepada Gereja Gembala Baik di masa depan. Rupanya Gereja Gembala Baik yang percaya Alkitab lebih dimusuhi oleh Gereja Episkopal daripada Islam. Jemaat-jemaat yang memilih untuk tinggal dalam denominasi Episkopal, seringkali menghindari Alkitab sama sekali, tetapi sangat mengakomodasi Islam” (“Islamic Services in National Cathedral,” Townhall.com, 14 Nov. 2014). Katedral Nasional juga menyelenggarakan “pernikahan sama jenis,” dan pada bulan Juni, seorang “imam” Episkopal yang trans-gender (mengganti jenis kelamin) berkhotbah di sana untuk mendukung kaum homoseksual.

This entry was posted in Islam, Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

2 Responses to Gereja Episkopal dan Islam

  1. Johanes Wattimena says:

    kasihan jemaat episkopal dipimpin menuju maut

  2. Lukas says:

    Jadi sebenarnya salahkah gereja dijadikan tempat ibadah muslim meski untuk sementara?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *