(Berita Mingguan GITS 14 Maret 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Pembawa acara bincang-bincang TV, Larry King, mengatakan bahwa dia tidak percaya Allah atau kehidupan setelah kematian, tetapi bagaimanapun dia mau “menggenggam” kehidupan melalui cyronics, suatu ilmu pengetahuan bohongan. Dalam sebuah wawancara di program radio Breakfast Club di New York City, 19 Feb., pria 81 tahun itu mengatakan, “Saya tidak beragama, jadi saya percaya ketika seseorang mati, ia mati, itu akhirnya. [Tetapi] saya begitu penasaran, dan saya suka untuk hidup dan jadi saya mau satu kesempatan kecil. Jika saya dibekukan dan lalu mereka menemukan obat mujarab untuk apapun yang membuat saya mati, dan mereka bisa menyembuhkan saya … Ini adalah satu-satunya cara untuk menggenggam kekekalan untuk hidup. Saya tidak mau tidak eksis. Syaa rasa inilah rasa takut terbesar yang dimiliki manusia. …Saya mungkin seorang atheis. Ah, saya menghargai agama. …[Tetapi] saya tidak percaya akan hal itu. Saya rasa satu-satunya alasan untuk agama adalah adanya kematian.” King mengatakan bahwa alasan utama dia tidak percaya Allah adalah “mungkin karena tidak mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan. Jawaban sederhana yang anda dapatkan setiap kali adalah ketika anda bertanya mengapa seorang bayi meninggal? Mengapa ada holocaust?”
Berlawanan dengan apa yang Larry King katakan, bukti adanya Allah secara literal ada di mana-mana. Di mana-mana! Mengenai masalah adanya kejahatan, kondisi dunia ini adalah gara-gara manusia sendiri, bukan Allah. Manusia-lah yang memberontak melawan Allah, bukan Allah yang memberontak terhadap manusia. Alkitab menyingkapkan rahasia hati manusia, menyatakan bahwa seorang atheis membutakan diri sendiri karena dia tidak mau tunduk kepada otoritas Allah. “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. 21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rom. 1:20-21)