Paduan Suara Hillsong New York City Dipimpin oleh Seorang Homoseksual yang Telah “Bertunangan”

(Berita Mingguan GITS 8 Agustus 2015, sumber: www.wayoflife.org)

Menurut New York Times, 17 Oktober 2014, pasangan homoseksual Josh Canfield dan Reed Kelly, menyanyi dalam paduan suara di Hillsong New York City, dan Canfield adalah seorang pemimpin paduan suara sukarela. Canfield dan Kelly disebut-sebut sebagai “Broadway Boyfriends” dalam tayangan realita Survivor: San Juan del Sur.” Dalam sebuah wawancara dengan Playbill, 16 Desember 2014, Canfield menggambarkan bagaimana dia “keluar dari kloset” (Editor: suatu istilah yang digunakan kaum homoseksual untuk mengacu kepada tindakan mereka mengakui atau mengumumkan mereka adalah homo) di Hillsong. Dia juga berbicara mengenai “pertunangannya” dengan Kelly. Dia mengatakan, “Saya terus terang kepada gereja saya. Saya adalah bagian dari Hillsong NYC. Saya salah satu pemimpin paduan suara mereka. Saya juga bernyanyi di worship team. Mereka semua luar biasa. Tidak ada yang berubah setelah saya membuat pengakuan umum, juga dengan Reed. Dia juga menyanyi di paduan suara.” Setelah hal ini dilaporkan oleh sebuah blog yang ditangani oleh Geoffrey Grider, Brian Houston dari Hillsong Sydney membuat pernyataan bahwa pernikahan hanyalah untuk “pasangan heteroseksual.” Tetapi pada kenyataannya, Hillsong berusaha untuk menyenangkan kedua sisi dalam isu ini, sama seperti yang dilakukan oleh begitu banyak gereja lain. Tahun lalu, gembala sidang senior Hillsong NYC, yaitu gembalanya Canfield dan Kelly, memberitahu CNN, “Kami memiliki banyak gay dan lesbian di gereja kami dan berdoa kami akan selalu seperti itu” (“Hillsong New York Pastor Carl Lentz,” Christian Today, 6 Juni 2014). Dalam wawancara yang sama, Laura Lentz, istri Carl dan juga sesama gembala sidang Hillsong NYC, mengatakan, “Bukanlah tempat kami untuk memberitahu seseorang bagaimana mereka harus hidup, itu – itu adalah perjalanan mereka.” Nah, seperti itulah posisi Hillsong yang sebenarnya dalam isu-isu moral, dan Laura cukup berani untuk menyerukannya secara jelas. Carl Lentz mengatakan, “Saya masih menunggu seseorang menunjukkan kepada saya di mana Yesus menyinggung hal ini di hadapan orang banyak.”

Barangkali saya bisa membantu dia dalam hal ini. Apa yang Yesus katakan mengenai homoseksualitas ada tiga hal. Pertama, Yesus meninggikan hukum Musa sebagai Hukum Allah yang kudus. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:17-19). Hukum Musa yang Yesus tinggikan sebagai Hukum Allah yang kudus mengatakan, “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian” (Im. 18:22). Kedua, Yesus membatasi pernikahan kepada satu laki-laki dengan satu perempuan sama seperti pada permulaan penciptaan (Mat. 19:3-9). Ini secara komplit menghancurkan legitimasi “pernikahan sesama jenis” dari sudut pandang Alkitab. Ketiga, Yesus mengatakan bahwa Roh KudusNya akan memimpin para Rasul kepada segala kebenaran (Yoh. 16:13). Kita menemukan kanon dari kebenaran yang diajarkan oleh Roh Kudus tersebut dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dan di sana kita menemukan pernyataan terkuat melawan homoseksualitas dalam seluruh Alkitab, yaitu dalam Roma 1:24-28. Untuk memisah-misahkan antara otoritas Injil dengan otoritas surat-surat para Rasul adalah kesesatan, karena kita diberitahu bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim. 3:16-17). Jelas sekali bahwa Yesus tidak menyisakan celah untuk kekristenan yang homo dan “pernikahan sesama jenis,” dan bahwa pengajaranNya mengenai hal ini sangatlah publik, Mr. Lentz. Gereja-gereja Hillsong sedemikian “relevan dalam budaya” sehingga mereka berkhianat terhadap kebenaran Firman Alllah. Namun demikian, begitu banyak gereja, bahkan di kalangan Baptis, yang memakai atau terpengaruh oleh musik mereka. Ketika ditanya mengapa Hillsong begitu sukses, Brian Houston dari Hillsong Sydney mengatakan, “Kami menggaruk orang di tempat mereka gatal” (“The Lord’s Profits,” Sydney Morning Herald, 30 Januari 2003). Ya, benar, dan itu persis sama dengan yang disebut dalam 2 Timotius 4:3, yang adalah peringatan akan kesesatan. Ini menggambarkan orang-orang yang gatal akan suatu kekristenan yang baru, dan digambarkan banyak pengkhotbah yang akan menggaruk rasa gatal yang tidak benar ini. “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.” Ini persis menggambarkan Hillsong.

This entry was posted in Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *