Mengucap Syukur atas Gembala dengan Karakter Kristen yang Baik

(Berita Mingguan GITS 21 November 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini ditulis oleh Buddy Smith, dengan judul “Etika Pelayanan yang Menghilang,” 18 September 2015: “Betapa saya mengucap syukur kepada Tuhan untuk orang tua saya yang Kristen, untuk para guru sekolah minggu saya, dan terutama untuk Gembala saya. Dia tidak pernah main curang terhadap istrinya; dia tidak berbohong; dia tidak mencuri dari gereja; dia tidak pernah menutup mata jika ada seorang pemimpin nyanyi yang selingkuh dengan pianis, atau bahkan jika ada petugas kebersihan gereja yang main gitar di sebuah tempat minum-minum bir. Dia membedakan antara yang baik dan yang jahat dan tidak pernah mencampur keduanya. Dia berkhotbah tentang neraka, tentang separasi, tentang bahaya berdansa, film-film, perkataan kotor. Dia mengkhotbahkan Injil yang menyelamatkan dengan api dan kuasa. Dia memimpin gereja kami bertumbuh sementara semua gereja lain di kota menurun selama bulan-bulan musim panas. Dia memiliki karakter dan integritas dan moral dan kesalehan dan etika Kristen! Dia tahu apa yang benar dan dia bersikukuh pada hal itu, dan kami mengasihi dia karena pendiriannya itu! Dia gembala kami selama 13 tahun. Kami tidak pernah memiliki yang lebih baik! … Melalui Gembala sidang kami dan orang-orang yang membantu dia melayani, saya dapat menyaksikan kemunafikan dan penipuan banyak gembala sidang lain yang boleh dikatakan tidak memiliki etika Kristen sama sekali: Orang-orang yang menghabiskan uang gereja untuk diri mereka sendiri dan akhirnya diminta meninggalkan gereja; orang-orang yang memelihara wanita simpanan; orang-orang yang sambil tersenyum berbohong kepada jemaat mereka; orang-orang yang saling melindungi satu sama lain ketika mereka tertangkap; orang-orang yang memfitnah para saksi yang mempertanyakan tindakan immoral mereka; orang-orang yang mencuri uang janji iman yang sebenarnya untuk penginjilan dan menghabiskannya; orang-orang yang berusaha menghancurkan gereja orang lain; orang-orang yang berbohong kepada departemen pajak; dan orang-orang yang menutup gerejanya yang sedang kesulitan, menjual bangunannya, lalu mengantongi uang itu, dan banyak lagi, tak terceritakan yang lainnya.”

This entry was posted in Renungan. Bookmark the permalink.

4 Responses to Mengucap Syukur atas Gembala dengan Karakter Kristen yang Baik

  1. Dylan says:

    Pak, saya mau bertanya, apakah boleh kita sebagai orang Kristen bermain game yang penuh dengan kekerasan? Trims

  2. Dr. Steven says:

    Harus berhati-hati. Tergantung kekerasan yang seperti apa. Ada game yang mensimulasikan perang antar pesawat, perang antar tank. Ada juga game yang tembak menembak dengan darah muncrat ke mana-mana. Perlu banyak hikmat untuk dapat memilah yang mana yang dalam batas normal mana tidak. Kebanyakan game berpusat pada semacam konflik. Bahkan dalam catur pun ada “makan memakan” atau “bunuh membunuh” antar perwira catur, tetapi tentu secara abstrak, sehingga tidak kita permasalahkan. Sebenarnya, semakin kita dewasa rohani, semakin kita melihat bahwa banyak game bersifat dangkal, dan hanya menghabiskan waktu saja.

  3. Dylan says:

    Jadi apakah kita tdk blh bermain Catur atau pun game perang lainnya?

  4. Dr. Steven says:

    Tidak, saya tidak katakan tidak boleh. Saya sendiri suka main catur, makanya saya bilang “tidak dipermasalahkan.” Tetapi setiap game itu bukanlah realita. Ada yang game yang bersifat educational, ada juga game yang menjadi pelarian dari dunia nyata. Tidak sedikit orang yang lebih suka dengan dunia game-nya, dan karakter gamenya, daripada dunia nyata. Main game boleh, hanya jangan menjadikan game pelarian, atau menghabiskan terlalu banyak waktu untuk game (ini mudah terjadi, karena game sangat addictive) dan kita harus tahu juga bahwa banyak game komputer sering mempunyai pesan-pesan yang bertentangan dengan Alkitab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *