Doktrin Pertobatan Rasul Paulus

(Berita Mingguan GITS 21 Mei 2016, sumber: www.wayoflife.org)

Dalam Kisah Para Rasul 26:13-20, Rasul Paulus menceritakan kembali pelayanan yang dipercayakan Kristus padanya melalui penyingkapan. Dia diutus kepada bangsa-bangsa non-Yahudi “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah” dengan cara menyerukan “bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:18, 20). Perhatikan tiga pelajaran dari sini. Pertama, pertobatan adalah bagian essensial dari pelayanan Paulus. Paulus tidak bertujuan untuk membuat orang hanya “percaya” Yesus dalam pengertian yang dangkal, bukan hanya untuk membuat mereka mengucapkan suatu “doa,” tetapi membuat mereka mengalami suatu perubahan radikal karena kuasa Allah. Kedua, kita melihat bahwa pertobatan harus membawa kepada iman (Kis. 26:18). Pertobatan sendiri tidak menyelamatkan; haruslah pertobatan yang berbarengan dengan iman. Dalam Kis. 20:21, Paulus menggambarkan keselamatan sebagai “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.” Ketiga, pertobatan menghasilkan perubahan hidup (Kis. 26:20). Paulus memberitakan hal yang sama dengan Yohanes Pembaptis dalam hal pertobatan (Mat. 3:8). Pertobatan yang sejati satu paket dengan percaya yang sejati. Artinya, orang yang beriman sungguh kepada Yesus memahami bahwa itu berarti meninggalkan hidup yang lama. Demikian juga orang yang mau bertobat secara Alkitabiah, harus mengarahkan pertobatan itu kepada Yesus Kristus. Orang yang hanya di mulut saja mengaku Yesus, sambil berpikir bahwa ia bisa bebas berdosa, atau orang yang menyatakan diri percaya, tetapi tidak mau bertobat, itu adalah percaya yang palsu. Charles Spurgeon pernah berkata, “Apakah kamu bayangkan bahwa Injil dimuliakan, atau Allah dimuliakan dengan cara mengatakan kepada orang dunia bahwa mereka diselamatkan saat ini juga hanya dengan menerima Kristus sebagai juruselamat, sementara mereka masih terikat kepada berhala mereka dan hati mereka mencintai dosa? Jika saya melakukan itu, saya memberitakan kepada mereka suatu kebohongan, injil yang palsu, saya menghina Kristus, dan mengubah kasih karunia Allah menjadi hawa nafsu.”

This entry was posted in Keselamatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *