(Berita Mingguan GITS 24 September 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Computer Crystal Meth: How Screens Are Killing Kids’ Minds and Souls,” The New American, 13 Sept. 2016: “Ini adalah kisah yang menyedihkan tetapi sering terjadi tentang kecanduan. Sepenuhnya kecanduan, John mulai mengabaikan dan melepaskan diri dari aspek-aspek kehidupannya yang lain. Perilakunya memburuk, dan hubungan inter-personalnya menjadi rusak. Tetapi John bukan kecanduan obat atau alkohol, dan dia juga bukan pria tengah baya. Dia adalah seorang anak enam tahun – dan obat yang membuat dia kecanduan adalah iPad. Walaupun nama ini fiktif, tetapi ceritanya nyata. Ibunya, Susan, membelikan dia iPad saat dia masuk kelas satu, atas dasar rekomendasi seorang guru teknologi. Akhirnya dia menemukan game yang populer, Minecraft, yang diklaim oleh para edukator sebagai ‘Lego dalam bentuk elektronik.’ … John terpukau. Sambil dia semakin kecanduan, dia mulai hilang ketertarikan terhadap membaca dan baseball, yang tadinya sangat dia sukai; perilakunya memburuk, dan dia tidak mau melakukan tugas-tugasnya. Bahkan kadang-kadang pada pagi hari dia berkomentar bahwa dia melihat bentuk-bentuk kubus Minecraft di dalam mimpinya. Tetapi kehidupan telah menjadi suatu mimpi buruk. John akan ngamuk-ngamuk jika Susan mencoba menghentikan dia bermain, dan sebagai cerminan cara mendidik anak modern yang mengizinkan segala sesuatu, Susan akhirnya menghilangkan kekhawatirannya melalui berbagai rasionalisasi dan membiarkan John. Namun, kemudian terjadilah suatu malam hal yang menghancurkan ilusinya.
Sebagai seorang psikoterapi berlisensi, Dr. Nicholas Kardaras, yang menangani Susan dan John, menulis tanggal 27 Agustus di New York Post: ‘Susan masuk ke dalam kamar untuk mengecek John. Dia mestinya sedang tidur. Susan menemukan anaknya itu sedang duduk di tempat tidurnya, dengan mata merah terbuka lebar, menatap kosong ke kejauhan sambil iPadnya menyala di sampingnya. Dia seperti ada dalam semacam trance. Susan panik dan sangat bingung dan harus menggoncang anak itu berulang kali untuk membuat dia keluar dari kondisinya. Penuh kekhawatiran, dia tidak dapat paham mengama bocahnya yang pernah begitu sehat dan gembira menjadi begitu kecanduan game sehingga masuk dalam suatu catatonic stupor (Editor: kondisi medis yang mendeskripsikan orang yang tak bergerak dan pikirannya melayang kosong, tidak merespon).’ Dr. Kardaras menunjukkan bahwa bukanlah kebetulan bahwa para bos-bos dan petinggi-petinggi dan insinyur-insinyur perusahaan-perusahaan teknologi, justru memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Waldorf, yang melarang siswa membawa teknologi.’ … Ini mirip dengan keluarga mafia narkoba yang menjual barang ke orang lain, tetapi melarang keras anaknya sendiri untuk mencobanya. Walaupun demikian, komputer tetapi memiliki fungsi yang baik dan sah.” Editor: Sama seperti hampir semua hal lain, teknologi dapat dipakai secara baik ataupun tidak baik. Orang Kristen harus ikut nasihat Paulus untuk tidak membiarkan diri diperhamba oleh apapun juga (1 Kor. 6:12).