(Berita Mingguan GITS 17 September 2016, sumber: www.wayoflife.org)
NASA telah melakukan banyak hal yang luar biasa dalam sejarahnya, antara lain misi Apollo dan program pesawat luar angkasa ulang alik, tetapi dalam beberapa puluh tahun terakhir, NASA menjadi terobsessi dengan misi-misi yang secara teknis brilian, tetapi memiliki tujuan yang sangat konyol. Yang paling terakhir adalah OSIRIS-Rex, sebuah misi untuk mengumpulkan tanah dari sebuah asteroid, tanah yang katanya “memegang kunci jawaban beberapa pertanyaan terbesar kita tentang alam semesta, misalnya dari mana kita berasal, mengapa kita eksis” (“NASA is launching a mission that could solve the mystery of life,” Business Insider, 8 Sept. 2016). Pesawat luar angkasa tersebut, yang sukses diluncurkan minggu lalu, diberi tugas untuk terbang selama dua tahun untuk bertemu dengan sebuah asteroid, mendekati asteroid itu untuk mengambil sedikit tanah, dan kembali ke bumi. Misi ini konyol karena dua alasan. Pertama, ia konyol karena ada nol bukti untuk mendukung evolusi dan ada bukti-bukti tidak terbantahkan bahwa alam semesta diciptakan secara ilahi. Hukum-hukum sains yang sudah dipahami luas, seperti biogenesis dan hukum termodinamika, menghancurkan mitos evolusi. Bahkan, kepintaran dan pikiran brilian yang dibutuhkan untuk bisa membuat pesawat luar angkasa yang menuju ke sebuah asteroid, sudah membuktikan pengajaran Alkitab bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan bukanlah binatang. Kedua, misi ini konyol karena jika evolusi itu benar dan alam semesta ini adalah hasil dari suatu Big Bang yang tanpa arti dan mekanisme evolusi yang acak dan tidak intelijen, maka tidak ada arti bagi kehidupan. Jika evolusi benar, maka NASA sedang memainkan permainan konyol dalam suatu alam semesta yang tidak bertujuan dan sedang menuju kematian. Hidup manusia tidak memiliki arti lebih dari hidup seekor cacing. Puji syukur pada Tuhan bahwa hal itu tidak benar, tetapi seperti itulah kesimpulan yang tak terelakkan dari dogma evolusi.