(Berita Mingguan GITS 19 November 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Pada tanggal 9 November, Gereja Injili di Jerman menyetujui suatu pernyataan menolak usaha apapun untuk menobatkan orang Yahudi. Presiden Sinode, Irmgard Schwaetzer, mengatakan bahwa ini adalah “satu langkah lebih lanjut dalam perjalanan perenungan dan reorientasi dalam hubungan kami dengan orang Yahudi” (“German Lutheran Church,” Associated Press, 9 Nov. 2016). Pada kenyataannya, sudah lama sekali sejak “gereja” liberal ini telah berusaha menobatkan siapa pun melalui Injil Yesus Kristus. Gereja Lutheran Jerman adalah ibu dari theologi liberal yang menyerang mati-matian otoritas absolut Firman Allah, yang pada akhirnya memimpin kepada relativisme moral. Pada tahun 2010, Gereja Injili Lutheran di negara bagian Bavaria, Jerman, mengadopsi suatu keputusan bahwa “para pelayan yang gay dan lesbian boleh hidup dengan partner mereka di rumah penggembalaan jika mereka masuk dalam hubungan sipil [pernikahan] yang diakui oleh negara” (“German Church Allows Gay Pastors to Live with Partners,” Huffington Post, 17 Nov. 2010). Sangatlah jelas bahwa Gereja Injili di Jerman tidak percaya kata-kata Yesus Kristus ketika Dia berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Mereka juga tidak menerima otoritas rasul Paulus yang berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16).