(Berita Mingguan GITS 24 Juni 2017, sumber: www.wayoflife.org)
Tahun ini adalah peringatan 500 tahun Martin Luther memakukan 95 dalil yang membuka jalan bagi Reformasi Protestan. Istilah “Protestan” sendiri muncul dari sekelompok pangeran Jerman yang melakukan protes melawan Roma dua belas tahun kemudian, yaitu pada tahun 1529. Istilah Protestan biasanya mengacu kepada denominasi-denominasi yang muncul dari era tersebut – terutama Lutheran, Presbyterian, Anglikan (Episkopal), dan Methodis – tetapi sering juga dipakai untuk menggambarkan semua denominasi non-Katolik. Walaupun kaum Protestan keluar dari Roma dan menolak banyak dari kesalahan Roma, mereka juga masih menyimpan banyak hal yang tidak alkitabiah, seperti baptisan bayi, suatu keimamatan terbatas, penafsiran nubuat yang alegoris, theologi penggantian (replacement theology), dan penggabungan gereja dengan negara. Reformasi adalah suatu fenomena sosial, politik, dan agamawi yang besar dan kompleks, yang melibatkan banyak negara dan mencakup waktu yang panjang dan gerakan in berperan besar dalam membentuk dunia modern sekarang ini. Terjadi perubahan zaman yang besar (Dan. 2:21). Penyebaran terang rohani melalui pemberitaan Injil dan penerbitan Alkitab menghasilkan hal-hal seperti konsep kebebasan manusia yang maju, perbaikan kondisi ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan dalam bidang seni, dan kemajuan sosial (misal meningkatkan angka literasi, berakhirnya perbudakan, kondisi bekerja yang membaik, gaji yang lebih tinggi). Buku The Bible and Western Society yang Dr. Cloud tulis, menggambarkan sebagian buah baik hasil dari Reformasi. Sebuah penjabaran ekstensif tentang Reformasi Protestan dapat ditemukan dalam buku dua volume, A History of the Churches from a Baptist Perspective, edisi 2016.
Yth Dr steven,
Maaf sebelumnya, tapi karena pengetahuan yg kurang tentang sejarah Gereja Baptis saya memberanikan diri bertanya: apakah Baptis tidak termasuk kedalam kegerakan “Protestan” / non-khatolik? Mohon pencerahannya tentang sejarah dari baptis itu sendiri. Lalu apa bedanya gereja baptis dan gereja baptis independen dan fundamental itu sendiri. Mohon maaf kalau pertanyaannya terlalu dangkal.
Tuhan memberkati.
Tidak apa-apa, saya senang jika ada yang bertanya.
Begini, di Indonesia (atau di berbagai skenario lain), kekristenan sering dibagi dua saja: Katolik dan Protestan. Dalam skema seperti ini, ya Baptis “bisa” dihitung Protestan, dalam artian jelas bukan Katolik dan lebih dekat ke Protestan.
Tetapi, jika ditanya kepada kaum Baptis itu sendiri, maka kaum Baptis (minimal yang memahami sejarah Baptis), tidak akan menyebut diri mereka sebagai Prostetan. Mengapa demikian?
Protestan, dari namanya saja sudah memberitahu kita bahwa mereka adalah kelompok yang memprotes sesuatu, dalam hal ini gereja Katolik, dan mereka tadinya adalah bagian dari gereja Katolik, lalu keluar dari Katolik.
Tokoh-tokoh awal Protestan, seperti Martin Luther, John Calvin, Zwingli, semua adalah orang Katolik (bahkan imam-imam Katolik), yang lalu merasa Katolik salah, dan keluar dari Katolik, melakukan protes. Ini terjadi di abad 16. Tetapi, yang krusial adalah, bahwa mereka tidak pernah merasa bahwa kalau Katolik adalah gereja yang salah dan bukan gereja Tuhan, maka Katolik tidak memiliki baptisan yang benar. Tetapi pada kenyataannya, Luther, Calvin, Zwingli, sampai pada kematian mereka, tidak pernah dibaptis, melainkan tetap mengandalkan pemercikan yang mereka terima saat bayi dalam Katolik.
Kaum Baptis, adalah kaum yang percaya, bahwa baptisan itu hanya boleh dilakukan kepada orang yang sudah percaya Yesus (jadi bayi tidak boleh), dan bahwa baptisan berarti penyelaman, sesuai bahasa asli. Jauh sebelum abad 16, kaum yang percaya hal seperti ini sudah ada, walaupun belum memakai merk “baptis.” Sebut saja mereka kaum Novatian, kaum Waldensian, kaum Bogomil, dll, yang tersebar di seluruh Eropa, mulai dari abad 3 sampai 15. Mereka ini nenek moyang kaum Baptis, dan sudah dari awal berada di luar Katolik, dan dianiaya oleh Katolik. Tidak jarang, satu desa dihabisi semua oleh Katolik dalam berbagai penganiayaan dan inkuisisi.
Sewaktu Reformasi dilancarkan, nenek moyang kaum Baptis ini ikut senang sebenarnya, karena ada teman yang ikut menentang Katolik. Tetapi, kaum Baptis awal ini tetap pada prinsip bahwa orang yang keluar dari Katolik, dan sungguh-sungguh kenal kebenaran, harus menyadari bahwa pemercikan bayi di Katolik, itu bukanlah baptisan yang alkitabiah, dan jika mau bergabung dengan mereka maka harus dibaptis secara benar. Orang Katolik dan orang Protestan sama-sama tidak suka dengan hal ini, dan menyebut kaum ini “tukang baptis ulang,” atau dalam istilah waktu itu “ana-baptis” (ana dalam bahasa Yunani artinya lagi/ulang).
Jadi, kaum “Anabaptis” dianiaya oleh orang Katolik, dan bahkan dianiaya juga oleh kaum Protestan. Sejarah mencatat, misalnya bahwa Zwingli dan konsili Zurich menghukum Felix Manz (seorang anabaptis) dengan hukuman mati lewat penenggelaman di sungai Limnat, karena Felix Manz “membaptis ulang,” sehingga perlu “dibaptis ketiga kali” (maksudnya ditenggelamkan).
Itu sekilas saja, sejarah Baptis sangat kaya, dan bisa dipelajari secara mendalam di GITS.
Mengenai beda Gereja Baptis pada umumnya dengan Gereja Baptis Independen Fundmental, itu ada pada seberapa kokoh mempertahankan doktrin-doktrin fundamental dalam Alkitab. Seiiring berjalannya waktu, banyak gereja Baptis yang juga makin goyah dan semakin kompromi. Banyak yang bahkan tidak tahu sejarah mereka sendiri, dan perjuangan leluhur rohani mereka. Gereja Baptis Independen (salah satunya) berniat untuk kokoh berdiri dalam hal-hal ini.
Yth Dr. Steven.
Terima kasih atas penjelasannya yg sangat menambah pengetahuan.
Kalau boleh jujur, apa yg seketika muncul dalam benak saya ketika membaca penjelasannya adalah jika baptis telah ada sejak lama (bahkan sebelum nama katholik dan protestan terdengar) meskipun kaum baptis menggunakan/dikenal dgn nama yg berbeda, dgn kata lain jikalau kita tarik sedikit lagi kebelakang maka akan ketemulah siapa yg memulai kegerakan ini yaitu rasul-rasul dan paling belakang adalah Tuhan sendiri. Karena jikalau saya coba menarik aliran karismatik, protestan, non-khatolik.dll maka saya hanya akan berhenti di katolik roma itu sendiri.
Mohon maaf Pak jika saya salah, pertanyaan lainnya adalah apa perbedaan baptis fundamental dgn biblical. Apakah hanya pada perbedaan pemakaian kata saja atau memang ada yg berbeda?
Tuhan memberkati.
Memang kaum Baptis merunut asal muasal ke para Rasul.
Itulah salah satu dilema dari kaum Protestan. Katolik selalu berkata, bahwa mereka adalah gereja yang benar, karena gereja yang benar pasti sudah mulai dari abad pertama. Sedangkan gereja Protestan baru mulai abad 16. Orang Kristen yang tidak paham sejarah termakan oleh argumen seperti ini. Padahal, selain Katolik dan Protestan ada kelompok-kelompko lain.
Mengenai fundamental dan biblical, ya itu sama sih. Makanya kami ada dua-duanya: Gereja Baptis Independen Alkitabiah, dan juga dikenal sebagai kelompok fundamentalis.
Yth Dr. Stephen,
Terima kasih atas penjelasannya.
Kalau begitu tentu Anda tidak setuju bahwa Katholik Roma mengklaim bahwa Paus pertama mereka adalah Rasul Simon Petrus ( https://en.m.wikipedia.org/wiki/Pope )?. Tapi kalau boleh jujur tidaklah sulit mengerti bahwa memang ada perbedaan yg sangat mendasar dari Para Paus yang terdahulu (bahkan mempunyai kuasa mengangkat raja-raja), yang sekarang maupun yg akan datang dengan “Paus Pertama”. Mungkin dari contoh kecil saja dari teladan “Paus Pertama” dalam penerimaan/reaksi atas sembah sujud dari sesama manusia yang tercatat di dalam Kis :25-26 dengan Paus penerusnya ( https://goo.gl/images/xoWW7z ), atau mungkin pula hanya karena perbedaan “zaman” saja?.
Pertanyaan selanjutnya, saya melihat sering sekali gereja Anda menyadur ayat Alkitab versi King James. Mohon maaf jika salah tetapi King James(1611 Authorized version) menggunakan TR dalam bahasa Yunani versi T.Beza (ver. 1598) untuk PB dan MT bahasa Ibrani versi J.Ben ( http://textus-receptus.com/wiki/Main_Page ) sedangkan Alkitab dalam Bahasa Indonesia (TB LAI 1974) di terjemahkan dari bahasa Ibrani versi Biblia Hebraica Kittel untuk PL dan bahasa Yunani versi Nestle Aland untuk PB ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Terjemahan_Baru ) yang sangat mirip dengan versi alkitab dalam bahasa Inggris lainnya seperti (NIV, ISV, RSV, NKJV, HIV, dll ((…?… version)) dengan kata lain tentu memiliki beberapa perbedaan bahkan pengurangan dari versi King James. Mohon pencerahannya bagaimana pandangan Anda mengenai hal ini?
Tuhan Memberkati.
angka yang kita pakai sehari –hari awalnya bukanlah berasal dari Arab, tetapi dari India
Jelas tidak setuju. Petrus tidak pernah menyebut diri “Paus.”
Paus artinya “bapa,” suatu gelar rohani yang Tuhan Yesus larang (Mat. 23:9).
Petrus mengajarkan para gembala untuk tidak “memerintah” atas umat (1 Pet. 5:3).
Doktrin-doktrin dan praktek Katolik begitu menyimpang dari Alkitab, tidak sedikit orang percaya sejati yang melihat sistem Katolik sebagai sinkretisme kekristenan dengan agama-agama dunia ini.
Mengenai Alkitab, benar bahwa KJV jauh lebih akurat dari NIV dkk., termasuk juga LAI. Salah satunya adalah karena basisnya, KJV dari TR dan MT. NIV, LAI, dkk., dari Critical Text (yang terbaru dari Nestle Aland). Critical Text adalah teks Yunani yang disunting oleh dua orang liberal (Westcott dan Hort), yang terutama mengandalkan manuskrip Vaticanus dan Sinaiticus, yang sebenarnya sangat korup. Critical Text menghilangkan ribuan kata dari Perjanjian Baru, banyak diantaranya yang bersifat melemahkan keilahian Kristus, kemanusiaan Kristus, dan doktrin-doktrin lainnya. Para liberal dan bidat sangat suka dengan Critical Text, tetapi sayang banyak sekali orang percaya yang tidak tahu sama sekali tentang isu ini bahkan.
Yth. Dr Steven.
Terima kasih atas jawabannya.
Namun kalau boleh tahu pandangan tentang orang Indonesia (bahkan seluruh dunia) yang tidak semuanya dapat membaca Alkitab KJV dalam Bahasa Inggris. Bukankah sangat berbahaya jikalau corrupted version ini dibaca bahkan dihafalkan sebagai doktrin yang sejati tapi ironis juga karena saya percaya injil harus diberitakan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh semua mahluk. Bahkan seorang Evangelist/Missionary seperti Rasul Paulus dapat menyampaikan Injil dalam berbagai bahasa yang Ia kuasai (1 kor 14:18).
Tentu ada bahayanya, walaupun adanya Alkitab dalam bahasa Indonesia, walaupun tidak sempurna, masih jauh lebih baik dari pada tidak ada Alkitab sama sekali.
Untuk saat ini, sambil kita menunggu adanya terjemahan yang lebih baik, kita mengedukasi orang Kristen, anggota-anggota jemaat, tentang isu-isu ini.