(Berita Mingguan GITS 23 Desember 2017, sumber: www.wayoflife.org)
Dalam tradisi Yahudi, pembangunan Bait Ketiga diasosiasikan dengan kedatangan Mesias. Menurut Maimonides (Rambam), otoritas rabbinikal tertinggi, siapapun orang Yahudi yang memulai pembangunan Bait adalah potensi Mesias. Shimon ben Kosiba dianggap Mesias pada abad kedua Masehi ketika dia memimpin pemberontakan untuk menguasai Yerusalem kembali dan membangun ulang Bait. Dia dijuluki Bar Kokhba (“Anak Bintang”) didasarkan pada nubuatan Mesianik di Bilangan 24:17, dan sebuah koin dibuat yang menggambarkan Bait dengan tabut perjanjian di dalamnya dan bintang Mesias di atapnya. Melalui tradisi ini, mudah untuk melihat bagaimana Antikristus akan dianggap sebagai Mesias. Dalam sebuah wawancara di Yerusalem beberapa tahun lalu, seorang rabbi Yahudi Reformed memberitahu kami bahwa Mesias akan datang ketika kondisi terlihat sangat gelap, dan akan menegakkan perdamaian dan mendirikan Bait. Seorang perwakilan dari Temple Institute mengatakan hal yang sama: “Kami sedang menantikan seorang Mesias. Dalam tradisi Yahudi, kami percaya bahwa dalam setiap generasi ada seseorang yang bisa menjadi Mesias. Pertanyaannya adalah siapakah dia itu. Jawabannya hanyalah orang yang melakukan hal-hal spesifik yang dapat disebut Mesias. Orang yang membawa Israel kembali ke Israel. Orang yang mendirikan Bait kembali. Orang yang membuat Israel berjalan sesuai dengan perintah-perintah. Setelah itu, dia bisa disebut Mesias.” Ini adalah gambaran Mesias sebagai seorang penyelesai masalah yang ulung, dan persis seperti itulah Antikristus akan menampilkan dirinya sendiri. “And through his policy also he shall cause craft to prosper in his hand; and he shall magnify himself in his heart, and by peace shall destroy many: he shall also stand up against the Prince of princes; but he shall be broken without hand” (Dan. 8:25 KJV).