(Berita Mingguan GITS 27 Januari 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Bomb destroys persecuted church,” China Aid, 9 Jan. 2018: “Sebuah ledakan menggema di udara tadi pada hari ini, ketika pihak otoritas mengebom dan menghancurkan sebuah gereja yang telah berulang kali mengalami penganiayaan di propinsi Shanxi utara, Cina. Gereja Golden Lampstand (Kaki Dian Emas), di Linfen, Shanxi, sebelumnya adalah sebuah gereja yang tidak terdaftar dengan gedung bernilai 17 juta Yuan ($2,603,380 USD), yang dibayarkan secara total oleh orang-orang Kristen yang menghadiri gereja itu. Pada tanggal 9 Januari, polisi militer Cina meledakkan bahan-bahan peledak yang telah ditanam di aula-aula pertemuan bawah tanah yang terletak di bawah gereja itu, dan berlanjut ke penghancuran gedung yang di atasnya, sehingga luluh. Polisi militer Cina telah dikendalikan langsung oleh pemerintah pusat sejak kepala biro keamanan umum, yang sebelumnya mengepalai polisi militer, ditangkap tahun lalu. Ini mengindikasikan bahwa perintah untuk menghancurkan gereja itu datang dari pejabat-pejabat tertinggi, bukan dari otoritas lokal yang tidak seberkuasa itu. Namun, ini bukan pertama kalinya gereja tersebut menghadapi penganiayaan. Cina berulang kali menyerang gereja-gereja rumah, yaitu gereja-gereja yang menolak untuk mendaftarkan diri, seringkali supaya tidak perlu dimonitor dan dikontrol oleh pemerintah. Tetapi para pejabat seringkali mempidanakan pilihan demikian, dan sebagian pemimpin Gereja Golden Lampstandtelah dipenjarakan selama satu hingga tujuh tahun, hanya karena melayani di gereja mereka. Penghancuran yang serupa atas sebuah Gereja Katolik tahun lalu, membuat orang-orang Kristen khawatir bahwa pemerintah pusat akan mulai menginstruksikan penghancuran masal gedung-gedung gereja di seluruh negeri, ketika peraturan-peraturan agama yang baru mulai berlaku bulan depan. Peraturan-peraturan ini memberikan Partai Komunis Cina kuasa yang lebih besar lagi untuk mengatur agama, dan hal ini membuka jalan untuk penganiayaan yang semakin banyak. … [Para pemimpin gereja itu ditangkap tahun 2009 dan menghabiskan antara tiga hingga tujuh tahun dalam penjara.]”