Michael W. Smith Terus Menyerukan Persatuan Ekumenis

(Berita Mingguan GITS 6 Januari 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Salah satu bahaya besar menggunakan musik “penyembahan” kontemporer adalah bahwa musik tersebut membangun jembatan kepada gereja esa-sedunia. Sepanjang pengetahuan saya, 100% dari musisi “penyembahan” kontemporer yang terkenal, adalah ekumenis radikal, termasuk Stuart Townend dan keluarga Getty. Mereka memiliki asosiasi yang tidak kritis dengan orang-orang “Kristen” dari segala golongan, termasuk Roma Katolik. Bagi mereka, “separasi” hampir adalah suatu kata kotor. Michael W. Smith adalah salah satu nama yang paling prominen dan berpengaruh dalam penyembahan kontemporer, dan dia terus menyerukan persatuan ekumenis. Tujuan dari album live-nya yang baru, Surrounded, adalah “untuk menyatukan ekspresi-ekspresi Gereja yang beragam, menjadi satu seruan penyembahan yang berapi-api dan penuh sukacita.” Dia mengatakan, “Saya merasakan Allah bergerak melalui GerejaNya dan Dia sedang memanggil kita bersama untuk menjadi satu suara dan satu hati. Satu mempelai. Setiap bangsa, setiap suku dan setiap bahasa. Setiap kelas sosial, SETIAP DENOMINASI” (“Michael W. Smith Releases Two Albums,” louderthanthemusic.com, Des. 2017).

Tidak mungkin untuk merekonsiliasi peringatan-peringatan Alkitab yang jelas dan keras mengenai pengajaran yang menyimpang dan kesesatan (misal Roma 16:17; 2 Korintus 6:14-18; 11:1-4, 14-15; 1 Timotius 1:3; 4:1-5; 2 Timotius 3:5; 4:3-4; 1 Yohanes 4:1; Yudas 3; Wahyu 2:14-16) dengan seruan dari musik penyembahan kontemporer untuk persatuan ekumenis. Bagi orang-orang yang mengasihi Alkitab, menafsirkannya secara literal, dan memegangnya sebagai satu-satunya otoritas final bagi iman dan praktek, jelas bahwa suara yang didengar oleh Michael W. Smith bukanlah dari Allah. “Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci” (Maz. 119:128). Gereja-gereja yang percaya Alkitab, tetapi yang bermain-main dengan musik Kristen kontemporer, dan tidak dengan baik mengedukasi jemaatnya tentang isu-isu ini, sedang bermain api secara rohani, tetapi kebanyakan gembala sidang sangat tidak memahami hal-hal ini.

This entry was posted in Ekumenisme, musik. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *