Billy Graham Meninggal pada Usia 99 Tahun

(Berita Mingguan GITS 03 Maret 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Penginjil Billy Graham meninggal pada 21 Februari 2018, pada usia 99 tahun. Dia telah dijuluki “gembala sidang Amerika” dan secara konsisten di-voting sebagai salah satu orang terpopuler di dunia. Ini mengingatkan kita akan kata-kata Tuhan Yesus dalam Lukas 6:26, “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” Untuk mencapai tujuan pragmatis mendapatkan sebanyak mungkin audiens, Graham berkompromi tanpa batas. Dia bisa dikatakan menciptakan apa yang disebut “penginjilan ekumenisme,” yang telah menyumbangkan begitu banyak untuk membangun “gereja esa-sedunia” yang sesat. Dia juga menyerahkan ribuan petobat ke tangan serigala-serigala berbulu domba, yaitu gereja-gereja sesat. Menolak untuk menaati Yudas 3 untuk dengan tekun berjuang demi iman yang telah diberikan kepada orang-orang kudus, dia menyanjung segala jenis guru palsu, termasuk theolog-theolog modernis yang menyangkali keilahian Kristus, kelahiran perawan, dan kebangkitan, dan juga tokoh-tokoh Roma Katolik yang beriman pada Maria untuk mengantar mereka ke Sorga. Sebagai contoh, dalam Crusade San Francisco 1959 yang dia adakan, Graham memberi penghargaan kepada Uskup James Pike dari gereja Episkopal yang terkenal [buruk], dengan meminta dia memimpin doa. Dalam sebuah artikel dalam Christian Century, Pike mendeklarasikan bahwa dia tidak lagi mempercayai doktrin-doktrin dasar dari iman kekristenan. Menolak untuk menaati Kisah Rasul 20:27 dan menyatakan segenap maksud Allah, Billy Graham sengaja menyempitkan pesannya ke sekumpulan kecil elemen kebenaran dan berfokus kepada yang “positif.” Dia mempromosikan berbagai hal yang tidak alkitabiah, termasuk Pantekostalisme, musik Rock Kristen, dan versi-versi Alkitab yang korup, seperti Today’s English Version, yang memelintir semua teks besar yang berhubungan dengan keilahian Kristus. Sampai dengan 1966, Graham berkata bahwa kepercayaan akan kelahiran perawan bukanlah doktrin yang essensial dan mengklaim bahwa bisa saja Adam adalah suatu “manusia-kera” (United Church Observer, Juli 1966). Sampai dengan tahun 1988, Graham memberitahu U.S. News & World Report bahwa theologi tidak lagi memiliki makna bagi dia: “Berkeliling dunia dan mengenal rohaniawan dari semua denominasi telah membantu membentuk saya menjadi suatu makhluk ekumenis. Kami terpisah oleh theologi dan, dalam kasus tertentu, oleh budaya dan ras, tetapi semua ini tidak lagi memiliki makna bagi saya” (U.S. News & World Report, 19 Des. 1988). (Dokumentasi yang ekstensif akan hal-hal ini dapat ditemukan dalam Billy Graham’s Sad Disobedience, bisa didapatkan sebagai eBook gratis dari www.wayoflife.org.)

Selain itu, pembaca juga bisa membaca secara lebih lengkap sejarah kompromi Billy Graham dari link berikut http://graphe-ministry.org/articles/wp-admin/post.php?post=3024&action=edit

This entry was posted in Ekumenisme, Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *