(Berita Mingguan GITS 26 Mei 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari Seeing the Non-existent: Evolution’s Myths and Hoaxes, David Cloud, copyright 2011: “Para ilmuwan mulai mempelajari beberapa rahasia biologis yang memungkinkan terjadinya migrasi. Mereka telah menemukan bahwa kupu-kupu menggunakan kombinasi dari kompas matahari, petunjuk-petunjuk dari terang cakrawala, sebuah jam sirkadian, dan sensor magnetik untuk mempertahankan arah mereka (‘Brain GPS Illuminated in Migratory Monarch,’ Science Daily, 27 Jan. 2011; ‘Monarch Butterflies Reveal a Novel Way in Which Animals Sense Earth’s Magnetic Field,’ Science Daily, 27 Jan. 2010). Para ilmuwan juga menemukan bahwa antena kupu-kupu berperan penting dalam migrasi (‘Migrating Monarch Butterflies Nose Their Way to Mexico,’ Science Daily, 24 Sept. 2009). Laporan-laporan seperti ini terkadang membanggakan diri bahwa migrasi kupu-kupu monarch kini telah ‘terpecahkan,’ tetapi jelas itu omong kosong. Pertama, hanya hal-hal yang paling mendasar dari migrasi yang saat ini telah dipahami. Lebih lanjut lagi, memahami hal-hal mendasar biologis dari migrasi sama sekali tidak dapat menjelaskan hal-hal yang sangat ajaib, misalnya bagaimana suatu mekanisme yang sangat kompleks dapat berevolusi atau bagaimana ia bisa terbentuk melalui proses metamorfosis atau bagaimana suatu serangga dapat tahu di mana ia tepatnya berada di muka bumi dalam suatu perjalanan migrasi (misal, generasi-generasi yang ditelurkan dalam pertengahan proses migrasi) dan ke mana ia perlu pergi dari sana. William Pelletier, Ph.D., mengobservasi, ‘Bayangkan anda menemukan sebuah unit GPS kecil yang dapat bernavigasi 3.000 mil pada suatu destinasi dengan akurasi sampai sepuluh kaki. Akankah anda percaya jika seseorang mengklaim bahwa sistem ini terjadi dengan sendirinya melalui perubahan-perubahan acak selama jutaan tahun? Bagaimana jika GPS ini ditemukan, bukan di tepi jalan, tetapi di dalam otak kupu-kupu monarch yang hanya sebesar kepala jarum? Apakah tempat unit ini ditemukan, baik itu di jalan ataupun di otak kupu-kupu, mengubah kesimpulan jelas bahwa instrumen demikian pastilah didesain oleh suatu intelijensi super?’(William Pelletier, Ph.D., ‘Insect GPS,’ Bible-Science Guy, 1 Jan. 2010).”