(Berita Mingguan GITS 30 Juni 2018, sumber: www.wayoflife.org)
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim. 3:16-17). Karena Alkitab mampu memperlengkapi manusia kepunyaan Allah untuk setiap perbuatan baik, maka tidak ada hal lain lagi yang diperlukan, tidak penglihatan atau nubuat di luar Alkitab, tidak tradisi atau konsili di luar Alkitab, tidak ilmu pengetahuan di luar Alkitab, ataupun filosofi-filosofi manusia. Tidak juga diperlukan mujizat-mujizat dan pengalaman-pengalaman mistik, ataupun film-film Hollywood. “Jadi, marilah kita mempelajari dan menghargai Alkitab. Ia adalah suci dan pembimbing yang aman. Ia telah mengantarkan jutaan orang sepanjang jalan kehidupan yang gelap dan berbahaya, dan tidak pernah menyebabkan satu orang pun tersesat. Pikiran manusia, dalam penyelidikan akan kebenaran, tidak pernah melampaui pengajaran-pengajarannya; dan juga belum pernah ada orang yang melangkah ke suatu konsep atau daerah yang begitu terang sehingga cahayanya menjadi buram, atau ke tempat yang tidak terjangkau oleh cahaya kemuliaannya” (Barnes). 2 Timotius 3:16-17 mengubah keseluruhan jalan hidup saya (Dr. David Cloud) pada tahun 1973, ketika saya memahami bahwa Alkitab satu-satunya adalah wahyu Allah yang tak dapat salah yang diberikan kepada manusia dan saya menurut padanya sebagai Firman Allah yang seutuhnya. Sebelum itu saya dipimpin oleh campuran gado-gado filosofi dan agama, sedikit Mao Tse Tung, sedikit Paramahansa Yogananda, sedikit Ayn Rand, sedikit Hermann Hesse, sedikit pelajaran-pelajaran sekolah minggu dari gereja Baptis Selatan waktu saya kecil, dan banyak dosis Beatles dan Bob Dylan dan The Who dan Rolling Stones, dikombinasikan dengan dosis tinggi pikiran saya sendiri. Pada satu malam yang mulia di musim panas 1973, saya meninggalkan semua itu dan menerima Alkitab sebagai satu-satunya penuntun saya dalam hidup ini dan Yesus Kristus saja sebagai Tuhan dan Juruselamat saya, dan saya tidak pernah menyesalinya, karena saya telah menemukan kepuasan dan istirahat bagi jiwa saya.