Generasi Ketiga Pengkhotbah Baptis yang Berpaling pada Gereja Emerging

Berikut ini disadur dari Apa Itu Emerging Church? oleh Dr. David Cloud, diterjemahkan oleh Dr. Steven Liauw

Emerging church (Editor: mungkin secara kasar bisa diterjemahkan gereja zaman now), filosofi dan arahnya, dapat terilustrasikan dengan baik oleh Chris Seay, gembala dari (Gereja) Ecclesia di Houston, Texas.

Gerakan emerging church intinya menekankan menjalani hidup seperti yang saya inginkan, dan tidak terkungkung oleh kode-kode moral alkitabiah yang kuno.

Seay adalah seorang gembala sidang Baptis generasi ketiga, dan juga penulis dari buku Faith of My Fathers: Conversations with Three Generations of Pastors about Church, Ministry, and Culture.

Dalam buku ini, Seay menggambarkan bagaimana ayahnya dan kakeknya menggembalakan gereja-gereja Baptis Selatan yang tradisional. Kakeknya menggembalakan Gereja Baptis Magnum Oaks di Houston selama 28 tahun, tetapi gereja itu tutup pada tahun 2002, tidak lama setelah kakeknya itu pensiun.

Seay mengimplikasikan bahwa problem pada gereja-gereja demikian adalah mereka tidak beradaptasi pada zaman yang berubah. Dia mengklaim bahwa ada cara baru bergereja yang diperlukan hari ini: suatu gereja zaman now bagi generasi zaman now. Jawabannya, dia percaya, ada pada gereja seperti Ecclesia. Ini adalah gereja yang tidak menghakimi, inklusif, hip, penuh art, dan bersifat liturgis. Pernyataan misi gereja ini berbunyi, “Kebudayaan dijumpai, dirangkul, dan diubah. …Keindahan, seni, dan kreativitas dihargai.”

Seay berpikir bahwa emerging church tidak mengubah apa-apa pada substansi essensi, tetapi faktanya gerakan ini adalah suatu perpindahan dari iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.

LIBERALISME THEOLOGIS

Para leluhur Baptis yang adalah nenek moyang Seay, percaya bahwa Kitab Suci adalah Firman Allah yang tiada salah, tetapi sang gembala sidang emerging yang muda ini telah menolak posisi ini, dan percaya bahwa Alkitab mengandung banyak kesalahan (Faith of My Fathers, hal. 81-86). Seay mengatakan: “Saya mengasihi Alkitab, dan saya percaya Alkitab sempurna dalam segala aspek YANG DIPERLUKANNYA. Tetapi saya melayani Allah yang hidup, bukan suatu kanon” (hal. 86).

Orang-orang liberal paling senang berusaha menutupi ketidakpercayaan mereka dengan kata-kata yang terdengar hebat, seperti menghormati Allah yang hidup lebih dari ilah kertas. Tetapi faktanya adalah, tidak mungkin seseorang dapat melayani Allah dengan cara yang benar atau bahkan mengetahui apapun secara pasti tentang Allah terlepas dari Wahyu yang telah Ia berikan dalam Kitab Suci, dan Wahyu itu mengklaim diri tiada salah. Jika Alkitab bukan tiada salah, maka ia adalah suatu kebohongan, dan berarti kita sedang berputar-putar dalam kegelapan, bukan berjalan dalam terang. Rasul Paulus, yang mengklaim sedang menulis wahyu ilahi, mengatakan bahwa “seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah” (2 Tim. 3:16, terjemahan sendiri). Orang percaya sejati menerima kesaksian ini dan memuji Tuhan karenanya. Orang percaya tidak meninggikan Alkitab lebih dari Tuhan, tetapi dia tahu bahwa dia bahkan tidak akan tahu cara menghormati Allah jika bukan karena informasi dalam Alkitab, dan dia tidak melihat ada kontradiksi antara meninggikan Allah dan meninggikan Kitab Suci.

 

KEDUNIAWIAN

Para leluhur Baptis Seay percaya dalam hidup yang kudus dan khotbah mengenai kekudusan, tetapi sang pengkhotbah emerging muda ini telah menolak moralitas ketat dalam Alkitab dan khotbah-khotbah moral. Dia mengatakan, “Gereja awal tidak melompat ke sana ke mari sambil berkata, ‘Kamu immoral.’ … [Alkitab] tidak pernah menyuruh untuk berjuang demi moralitas pribadi. … Saya bukan duta moralitas, dan saya juga tidak mendambakan dunia yang lebih bermoral” (Faith of My Fathers, hal. 146, 148).

Untuk menjawab tantangan Seay mengenai melompat ke sana ke mari dan berkata “kamu immoral,” saya jadi teringat seseorang yang bernama Yohanes Pembaptis yang kehilangan kepalanya karena ia memberitahu seorang pemimpin politik bahwa dia sedang melakukan perzinahan! Efesus 5:11 memerintahkan kita bukan hanya untuk tidak berhubungan dengan perbuatan-perbuatan kegelapan, “TETAPI SEBALIKNYA TELANJANGILAH PERBUATAN-PERBUATAN ITU.” Lebih lanjut lagi, Allah telah memerintahkan seorang pengkhotbah untuk menyatakan apa yang salah, menegor, dan menasihati (2 Tim. 4:2), dan untuk menasihati dan meyakinkan orang dengan segala kewibawaan (Tit. 2:15).

Seay membuat pernyataan luar biasa berikut, yang menyingkapkan betapa salah dan berbahayanya pemikiran emerging:

“Saya masih berpikir bahwa salah satu kesalahan terbesar dalam pemikiran Kristen adalah mentalitas kalau masuk sampah akan keluar sampah. Karena, ya tahulah, saya masih ingat waktu berusia 16 tahun dan diajarkan hal semacam ini. ‘Jauhi budaya [duniawi] karena apa yang kamu pikirkan akan kamu serap. Nah, otak anda seperti spons, kamu akan menyerap apapun yang anda dengar dan lihat’” (Chris Seay, “The Dick Staub Interview with Chris Seay,” Christianity Today, 1 Sept. 2002, http://www.christianitytoday.com/ct/2002/septemberweb-only/9-23-21.0.html).

Kebebasan yang dibayangkan oleh gereja emerging adalah kebebasan untuk mendengarkan musik-musik sensual, menonton film-film sensual, berpakaian semaunya, mengunjungi bar dan konser-konser rock yang keji, berdansa, minum-minum, berjudi, bersumpah serapah, dan melakukan tindakan homoseksualitas. Namun itu semua bukanlah kebebasan sejati; melainkah adalah resep menuju perbudakan rohani. Alkitab memperingatkan, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33), dan “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Pet. 2:11).

Seay sangat senang menonton program TV dan film-film dengan rating R, seperti Soprano. Dia menggambarkan jagoan di film yang kotor ini, yaitu si gangster Tony Soprano, “bersumpah serapah dengan hebatnya, sambil sekumpulan besar wanita-wanita telanjang dengan tubuh yang hampir sempurna mengelilingi dia,” namun Seay mengatakan bahwa dia selalu kembali lagi ke program tersebut (“The Dick Staub Interview with Chris Seay,” Christianity Today). Pikiran Seay sudah sedemikian terkhamiri oleh seri TV yang kotor ini, sehingga ia menulis sebuah buku, “Injil Menurut Tony Soprano,” untuk “meng-eksplorasi berbagai alasan mengapa seri yang hit ini telah terkoneksi begitu mendalam dengan para penonton, dan memaparkan misteri-misteri iman, keluarga, kehidupan, dan Allah, yang begitu kental dalam film tersebut” (dari sampul belakang buku tersebut).

Faktanya, karena kejatuhan manusia dan korupsi dunia ini dan dominasi Iblis atas dunia (2 Korintus 4:4; Efesus 2:1-2), orang percaya diperintahkan untuk tidak mengasihi dunia.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rom. 12:2).

Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Ef. 5:11).

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (Yak. 1:27).

Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yak. 4:4).

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yoh. 2:15-17).

Semua hal jahat di dunia ini haruslah ditolak. Kita tidak boleh menjadi serupa kepada satu pun dari jalan-jalannya yang tidak kudus, dan standar untuk mengukur dunia adalah Firman Allah. Semua hal yang berhubungan dengan hawa nafsu kedagingan, dan keinginan mata, dan keangkuhan hidup, haruslah ditolah, dan ini berarti banyak sekali hal di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini! Kita harus menerapkan standar ini kepada fashion, musik, literatur, seni, film-film, fotografi, pokoknya semua hal. Segala sesuatu dalam dunia ini harus ditimbang berdasarkan standar Allah yang kudus dan semua yang jahat harus ditolak.

Efesus 5:11 mengatakan bahwa bukan hanya orang percaya tidak boleh bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan, ia bahkan bertanggung jawab untuk menelanjanginya (yaitu menegornya). Ini adalah hal yang dianggap oleh orang-orang Kristen duniawi sebagai “sikap menghakimi” dan sesuatu yang menyebalkan dan sangat tidak cool.

Bahkan semua hal yang menimbulkan pertanyaan dan keraguan, haruslah ditolak, karena “barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Rom. 14:23).

 

TOLERANSI DOKTRINAL

Para leluhur Baptis Seay memisahkan diri dari Roma, dan percaya bahwa Roma adalah pelacur besar dalam Wahyu 17. Namun, sang pengkhotbah emerging muda ini telah mengambil suatu posisi ekumenis yang lebar. Dia percaya “bisa saja seseorang memiliki theologi yang buruk namun tetap mengenal Kristus” (Faith of My Fathers, hal. 86). Dia menolak untuk “membuat keributan dalam mengambil posisi yang bertentangan, menunjukkan ketidaksabaran, dan menimbulkan perpecahan.” Dia berkata, “Mengenai mengarungi berbagai perbedaan theologis, saya mengabaikan kebanyakannya….”

Sebaliknya, orang percaya diperintahkan untuk “tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 1:3). Tidaklah mungkin untuk memiliki pikiran berjuang demi iman yang sudah disingkapkan itu, dan sekaligus pada saat yang sama memiliki pikiran ekumenis. Ini adalah dua program yang bertentangan. Berjuang demi iman adalah hal yang memecah, yang tidak diragukan lagi akan merusak keharmonisan ekumenis!

Perjanjian Baru penuh dengan peringatan tentang guru-guru palsu. Tuhan Yesus memperingatkan tentang mereka sewaktu pelayananNya di bumi (Mat. 7:15-17), dan juga dalam pesan-pesanNya kepada tujuh jemaat setelah kebangkitan dan kenaikanNya (Wah. 2:2, 6, 14-16, 20-23). Rasul Paulus berulang kali memperingatkan tentang guru-guru palsu (1 Kor. 15:12; 2 Kor. 11:1-4, 12-15; Gal. 1:6-9; 5:7-12; Fil. 3:17-21; Kol. 2:4-8, 20-23; 1 Tim. 4:1-3; 2 Tim. 3:5-13; 4:3-4). Petrus memperingatkan tentang mereka (2 Petrus 2). Yohanes memperingatkan tentang mereka (1 Yoh. 2:18-27; 4:1-3). Yudas memperingatkan tentang mereka (Yudas 1:3-19).

Waspadalah akan guru-guru palsu dan rajinlah membandingkan segala pengajaran dengan Kitab Suci, agar mengetahui yang benar dan yang salah, jangan jatuh pada filosofi gereja emerging.

SEPARASI: INTI DARI MASALAHNYA

Inti dari berbagai masalah dalam gereja emerging adalah doktrin separasi: separasi dari dunia dan separasi dari kesalahan doktrinal. Ini adalah doktrin yang yang paling dibenci oleh orang-orang emerging. Ini adalah doktrin yang membatasi kebebasan mereka untuk mengasihi dunia dan untuk memegang filosofi ekumenis yang luas.

Anak-anak Allah yang mengasihi Firman Allah dan menolak untuk merendah Firman, tidak akan disesatkan oleh gereja emerging.

Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” (Rom. 16:17).

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Tim. 3:5).

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa’” (2 Kor. 6:14-18).

“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan” (1 Tim. 6:3-5).

Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami” (2 Tes. 3:6).

Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Ef. 5:11).

This entry was posted in Emerging Church. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *