(Berita Mingguan GITS 20 Oktober 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Para evolusionis terkenal oleh kemampuan mereka untuk menciptakan kisah-kisah mitologi yang “pokoknya begitulah,” untuk menjelaskan kepercayaan mereka. (Pada tahun 1902, Rudyard Kipling menerbitkan Just So Stories for Little Children [‘Just So’ bisa diterjemahkan pokoknya begitulah] yang mengandung penjelasan imajiner mengenai bagaimana berbagai binatang mendapatkan ciri khas mereka.) Sebuah fosil baru yang dipertunjukkan di Royal Tyrrell Museum di Alberta, adalah sebuah contoh. Fosil dari Borealopelta, yang dikatakan berusia 110 juta tahun, disebut sebagai “salah satu penemuan fosil paling spektakuler sepanjang masa.” Ini karena fosil tersebut mengawetkan secara utuh: kulit, jaringan lunak, tulang-tulang. Fosil ini mirip dengan boneka binatang. Ia adalah “dinosaurus yang berat, berbadan rendah, mirip tank,” yang memiliki berat 1,5 ton, dan sekitar 6-7 meter panjangnya (“A Dinosaur So Well Preserved,” The Atlantic, 3 Agus. 2017). Fosil tersebut ditemukan pada tahun 2011 oleh operator alat berat yang bekerja di penambangan minyak dan pasir Millenium Mine, di Alberta utara. Setelah kerja keras selama bertahun-tahun untuk mengeluarkan fosil tersebut dari blok batu seberat 7.500 kg yang ditarik keluar dari tambang tersebut, baru-baru ini ia dipertunjukkan di Royal Tyrrell, sebuah museum dengan fosil-fosil kelas dunia, yang disertai dengan cerita-cerita “pokoknya begitulah” yang juga kelas dunia. Perhatikan penjelasan berikut mengenai bagaimana makhluk ini bisa menjadi fosil: “Entah kenapa, individu yang spesifik ini sampai ke laut. Mungkin ia tidak hati-hati waktu di pantai. Mungkin ia tenggelam dalam suatu banjir dan terhanyut ke laut. Apapun itu, gas-gas mulai berkumpul dalam tubuhnya, membuatnya mengapung dengan perutnya mengarah ke atas. Ketika gas-gas tersebut keluar, dinosaurus yang mati ini tenggelam, dan menghantam lantai laut cukup keras, hingga menimbulkan kawah kecil. Sebelum ikan-ikan hiu sempat menggigitinya, atau cacing-cacing menyerbu ke tulang-tulangnya, ia dengan cepat tertutup oleh sedimen halus dan terpisahkan dari dunia luar. Di sana ia tinggal selama jutaan tahun, sampai 11 Maret 2011, ketika sebuah ekskavator mengangkatnya” (Ibid.). Ini adalah penjelasan yang tidak mungkin terjadi mengenai proses fosilisasi dari Borealopelta. Makhluk hidup tidak menjadi fosil seperti itu dengan sendirinya. Ketika suatu makhluk mati dan tenggelam ke dasar lautan, ia akan habis dimakan oleh makhluk laut, bakteri, dan cacing-cacing, jauh sebelum ia bisa ditutupi oleh sedimen dan terpisahkan dari dunia. Faktanya, fosililasi yang nampak pada Borealopelta adalah hasil dari suatu peristiwa yang luar biasa, yang terjadi super cepat, yang terjadi di lautan yang pada suatu masa yang lalu menutupi Alberta. Peristiwa ini terdengar persis seperti air bah dalam Alkitab, tetapi para ilmuwan evolusionis lebih suka membuat suatu kisah yang tidak ilmiah, daripada mendukung Alkitab. Satu hari yang indah, sebagaimana dinubuatkan dalam Kitab Suci, museum-museum di dunia ini akan dipenuhi dengan kebenaran, bukan kebohongan. “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut” (Hab. 2:14). Mitos evolusi dan para pencemooh yang mempromosikannya, secara tidak sadar membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Allah, karena mereka sudah dinubuatkan dalam Alkitab 2000 tahun yang lalu. “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? … Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik” (2 Pet. 3:3-7).