Berikut ini dicuplik dari buku The Pastor’s Authority and the Church Member’s Responsibility, edisi Juli 2018, yang bisa didapatkan secara gratis dalam bentuk eBook dari www.wayoflife.org
Ketika memberikan berbagai nasihat kepada para anggota jemaat, kami akan mengatakan, pertama-tama, bahwa mereka sepatutnya menghormati dan mengasihi para gembala.
“Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain” (1 Tesalonika 5:12-13).
Inilah tanggung jawab anggota jemaat kepada para gembala dinyatakan secara singkat. Dalam konteks ini Paulus menyinggung pekerjaan seorang gembala, sebab adalah “karena pekerjaan mereka” bahwa anggota jemaat harus menghormati mereka.
Mereka bekerja. Mereka bekerja keras dan bukanlah orang-orang yang malas. Kerja keras diperlukan untuk membangun dan memelihara gereja-gereja yang alkitabiah. Ada kerja keras dalam mempelajari Alkitab, berdoa, mengajar, berkhotbah, menginjil, memuridkan, dan mendisiplinkan.
Mereka adalah pengawas. Mereka memiliki panggilan dan karunia untuk mengawasi kawanan. Ini mengacu kepada otoritas gembala. Ini mengacu kepada membangun para anggota, membimbing mereka dan menyediakan visi dan arahan, dan melindungi dari setiap bahaya. Perhatikan bahwa para gembala memimpin jemaat “dalam Tuhan.” Mereka memiliki otoritas hanya jika mereka memimpin dalam ketaatan kepada otoritas Tuhan dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mereka adalah orang-orang yang menegor. Ini mencakup mengajar, menyemangati, dan juga memperingatkan, tetapi penekanan dari kata “menegor” ada pada peringatan. Kata Yunani yang mendasarinya, ‘noutheteo,’ bisa diterjemahkan ‘menasihati’ dan juga ‘menegor.’ Seseorang yang tidak bisa atau tidak mau melakukan penegoran, memberi nasihat, dan memberi peringatan, tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang gembala, dan buah dari orang yang demikian adalah jemaat yang lembek, suam suam kuku, dan terbelakang rohani.
Banyak gembala yang menginginkan hormat yang digambarkan dalam perikop ini, tetapi tidak melakukan hal-hal yang digambarkan dalam perikop yang sama. Jemaat disuruh untuk sangat menghormati mereka “karena pekerjaan mereka,” yang berarti karena mereka melakukan pekerjaan yang digambarkan di sini. Alkitab sama sekali tidak mengajarkan suatu ketaatan buta dan “kesetiaan buta” kepada pemimpin-pemimpin rohani. Itu adalah ciri khas bidat. Itu adalah ciri khas kepausan.
Sebagai gantinya, jemaat haruslah mengenal pemimpin-pemimpin mereka. Ini tentu berarti lebih dari sekedar tahu siapa pemimpinnya. Itu seharusnya sudah jelas. Tetapi yang dimaksud adalah mengenal mereka dalam pengertian mengenal bahwa panggilan dan otoritas mereka berasal dari Allah dan memahami nilai dari pemimpin yang demikian. Orang-orang perlu diajari tentang syarat-syarata dan pekerjaan gembala, sehingga mereka dapat memberikan hormat yang sepantasnya pada mereka.
Jemaat harus sungguh-sungguh menjunjung para pemimpin dalam kasih. Perhatikan kata “sungguh-sungguh.” Kata ini berasal dari Yunani ‘perissos,’ yang bisa diterjemahkan ‘dengan sangat,’ dan adalah istilah yang kuat. Pengertian dari kata ini adalah meluap-luap, atau melimpah ruah. Ini adalah bahasa yang kuat. Gembala-gembala yang alkitabiah harus dihormati dengan baik. Di tempat lain Paulus memakai istilah ‘dihormati dua kali lipat’ (1 Tim. 5:17). Ini adalah kehendak Allah yang nyata mengenai masalah ini, dan berdasarkan hal inilah jemaat-jemaat akan dinilai pada takhta pengadilan Kristus. Saya tidak mau berdiri di sana suatu hari dan harus memberi pertanggungan jawab mengapa saya tidak memiliki hubungan yang pantas dan saleh dengan gembala-gembala saya.
Perhatikan bahwa kasih Kristiani adalah kunci dari menunjukkan hormat yang sepantasnya kepada pemimpin rohani. Kasih adalah kunci dari rasa hormat seorang istri kepada suaminya, dan hormat seorang anak kepada orang tuanya, dan juga seorang anggota jemaat kepada seorang gembala. Ini berarti sebuah jemaat memperlakukan gembalanya sebagaimana mestinya, para anggota haruslah diselamatkan dan berjalan dalam persekutuan dengan Kristus, karena ini adalah satu-satunya cara untuk memiliki kasih yang sejati. Ini mengingatkan kita akan pentingnya membatasi keanggotaan jemaat hanya kepada orang-orang yang memenuhi syarat, sebagaimana dalam Kisah Rasul 2:41-42. Gembala jemaat yang tidak berhati-hati dalam hal ini dan terlalu cepat menerima anggota, tidak boleh terkejut jika orang-orang itu lalu tidak menaati Firman Allah, atau jika mereka menimbulkan sakit hati padanya.
Sama seperti kasih Kristiani pada umumnya, kasih dan hormat anggota-anggota jemaat kepada para gembala, adalah sesuatu yang harus ditunjukkan melalui tindakan konkrit. Kasih yang ilahi bukanlah sesuatu yang sekedar ‘dirasakan’; ini adalah sesuatu yang dilakukan. Sama seperti seorang suami terhadap seorang istri, anggota jemaat harus memikirkan bagaimana ia bisa menunjukkkan kasih dan hormat kepada gembalanya. Beberapa cara adalah sebagai berikut: menjadi jemaat yang setia dan dapat diandalkan, tepat waktu, menunjukkan perhatian yang saleh kepada khotbah dan pengajaran, mematuhi pengajaran, menyampaikan kata-kata penguatan yang tulus (bukan menjilat atau munafik), selalu berpikiran positif terlebih dahulu terhadap gembala, dan mendukung dia secara finansial.
Sama seperti hati seorang suami seharusnya dapat senantiasa percaya kepada istrinya (Amsal 31:11), demikian juga hati seorang gembala seharusnya dapat dengan aman mempercayai jemaatnya. Terlalu sering terjadi, seorang gembala harus hidup dalam ketakutan bahwa dia akan diserang dari belakang, dan bahwa ada usaha-usaha untuk memecah belah jemaat dan mencuri kasih orang-orangnya. Seorang gembala yang jatuh dalam dosa perlu didisiplin oleh jemaat (1 Tim. 5:19-21) tetapi gembala yang setia pada Firman Tuhan harus senantiasa dihormati dalam kasih.
Perhatikan bahwa hubungan yang alkitabiah antara gembala dengan jemaatnya, akan mendatangkan damai sejahtera. Ini adalah salah satu bagian besar dalam menjaga perdamaian dalam jemaat.