Kanada Melegalkan Marijuana

(Berita Mingguan GITS 27 Oktober 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Kanada menjadi negara kedua yang secara penuh melegalkan marijuana untuk penggunaan rekreasional (bukan medis), yaitu setelah Uruguay. Di Newfoundland, propinsi paling timur di Kanada, toko-toko marijuana buka pada tengah malam, 17 Oktober, untuk melayani pelanggan yang sudah mengantri. Seperti legalisasi “pernikahan sama jenis,” legalisasi marijuana adalah refleksi dari perubahan dramatis pada kondisi moral dan spiritual suatu bangsa. Sejak 2012, 10 negara bagian di Amerika Serikat telah melegalkan marijuana rekreasional, dan negara-negara bagian lain telah menghilangkan tuntutan kriminal bagi orang-orang yang memiliki obat tersebut dalam jumlah kecil. Para pendukung marijuana rekreasional, biasanya mengabaikan berbagai bahaya yang sudah terbukti, seperti kecanduan, psikosis, marijuana sebagai obat yang mengantar kepada obat lain, efek-efek jangka panjang pada pembelajaran, kognisi, dan kepribadian, “sindrom amotivasional” (yaitu letargi dan hilangnya ketertarikan untuk mencapai sesuatu), bronkitis dan infeksi saluran nafas, dan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular. Pada bagian awal tahun 2018, telah diumumkan bahwa sebuah penilitian ilmiah besar yang terbaru, oleh Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, telah menemukan bahwa penggunaan marijuana secara independen terhubung kepada peningkatan 26 persen resiko stroke dan 10 persen peningkatan gagal jantung (“Pot Smoking,” Newsmax, 16 Mar. 2018). Sejak legalisasi marijuana di Colorado, tahun 2012, jumlah pengendara mobil yang dites positif marijuana melonjak 145 persen (‘Traffic fatalities linked to marijuana,’ Denver Post, 25 Agus. 2017). Penggunaan obat oleh remaja di Colorado adalah yang tertinggi di seluruh AS. Kecelakaan mobil yang fatal, yang terkait penggunaan obat, telah melonjak pesat (“The sad anniversary of Big Commercial Pot in Colorado,’ The Gazette, 21 Nov. 2017).

Kami yakin bahwa legalisasi marijuana rekreasional adalah suatu eksperimen bodoh yang akan menimbulkan efek-efek sangat buruk. Fakta bahwa penggunaan marijuana dalam budaya modern dapat dilacak kembali kepada dunia cabul jazz, blues, dan rock & roll, adalah peringatan yang cukup bagi siapapun yang memiliki telinga untuk mendengar. Saya tahu hal ini dengan sangat baik, karena saya adalah pemakai obat sebelum saya diselematkan, mulai dari waktu saya di Vietnam dalam Angkatan Darat, 1970-71. Setelah saya dibebastugaskan, saya tenggelam ke budaya obat dalam gerakan hippie, dan bergabung bersama banyak orang generasi saya dengan Magical Mystery Tour bodoh yang dibuat The Beatles. Alkohol adalah obat yang sangat kuat, tetapi marijuana mengubah pandangan saya lebih dari alkohol. Ia adalah obat psikoaktif yang memiliki sifat-sifat halusinogenik. Ini bukan barang yang tak berbahaya. Ini dapat mengganggu bagian-bagian terdalam dari jiwa seseorang. Tidak semua orang memiliki pengalaman buruk dengan obat ini, tetapi banyak mengalaminya. Obat ini mempengaruhi tiap-tiap orang secara berbeda, tetapi depresi, kekhawatiran yang intens, dan paranoia, adalah efek-efek samping yang sering didapati, dan psikosis akut juga tidak jarang. Marijuana jelas adalah obat “pintu” bagi saya dan bagi banyak teman saya (memimpin ke obat-obat lain). Dan marijuana hari ini jauh lebih kuat dari marijuana tahun 1960an dan 1970an, biasanya mengandung 15-20% THC (unsur psikoaktif di dalamnya), dan bahkan sampai setinggi 37%, dibanding dengan 3-4% di masa lampau. Pada tahun 2013, American Medical Association merekomendasikan untuk tidak melegalkan marijuana, dengan peringatan bahwa “kanabis adalah obat yang berbahaya dan oleh karena itu adalah masalah bagi kesehatan publik. …Penggunaan kanabis secara berat dalam pertumbuhan remaja dan pemuda, menyebabkan masalah permanen pada kemampuan neuro-kognitif dan IQ, dan penggunaannya terkait dengan meningkatnya kekhawatiran, gangguan mood, dan gangguan pikiran psikotik” (Ruth Marcus, “The perils of legalized pot,” The Washington Post, 2 Jan. 2014). Sir Robin Murray, seorang psikiatris di King’s College di London, mengatakan, “Bahkan saya, 20 tahun lalu, biasa memberitahu pasien bahwa kanabis itu aman. Barulah setelah anda melihat semua pasian anda menjadi psikotik, anda mulai menyadari – bahwa barang ini tidak begitu aman” (dikutip dari Linda Nathan, The Cross and the Marijuana Leaf, tersedia di LighthouseTrails.com). Gerakan besar untuk melegalkan marijuana didorong oleh budaya pop yang cabul, industri hiburan, sistem pendidikan yang menjunjung relativisme moral, masyarakat yang merayakan ekspresi diri tanpa kendali, dan kekurangan hikmat yang parah yang biasa tercermin dalam pelaporan media massa pada umumnya.

Perintah Allah agar umatNya “sadar”, diulang sebanyak 12 kali dalam surat-surat Perjanjian Baru. “Sadar” berarti memegang kendali atas pikiran dan roh diri sendiri, sehingga tidak ada hal lain selain Allah yang berkuasa. “Sadar” adalah lawan dari berada dalam pengaruh alkohol atau obat-obat terlarang, atau apapun juga yang lain. Seseorang bisa mabuk musik, fashion, video game, sport profesional, atau apapun juga yang dapat menjerat hati. “Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar” (1 Tes. 5:6). “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1 Pet. 4:7). “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet. 5:8). Karena betapa cepatnya banyak gereja-gereja Baptis Independen sekalipun [apalagi gereja-gereja lain], masuk ke pendirian kontemporer yang disertai sikap dan filosofi “jangan menghakimi, biarkan orang hidup terserah mereka,” saya memprediksi bahwa tidak lama lagi sebagian akan menerima penggunaan alkohol dan marijuana.

 

This entry was posted in Kesehatan / Medical, Kesesatan Umum dan New Age. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *