Pemenang Medali Perunggu Kejuaraan Sepeda Dunia, Komplain Bahwa Seorang “Wanita” Transgender Memenangkan Emas

(Berita Mingguan GITS 27 Oktober 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Setelah seorang “wanita” transgender memenangi kejuaraan dunia balap sepeda kategori wanita, sang juara tiga, seorang wanita sejati, melayangkan komplain bahwa hal tersebut tidaklah adil. Ajang yang dimaksud adalah 2018 Masters Track Cycling World Championship di Los Angeles, dan acaranya adalah kategori wanita, bracket 35-39. Pemenangnya, Rachel McKinnon, “mengidentifikasi” diri sebagai seorang wanita, tetapi secara biologis sebenarnya adalah seorang pria (“Biological Male Wins World Championship Event,” Daily Signal, 14 Okt. 2018). Juara tiga, Jennifer Wagner, meng-tweet, “Jelas TIDAK fair.” Empat hari kemudian, Wagner minta maaf kepada McKinnon, mengatakan “Saya minta maaf karena tidak memberi ucapan selamat kepadamu pada hari perlombaan. Saya harap anda menerimanya beberapa hari kemudian.” Tetapi bukannya menerima permintaan maaf itu, McKinnon malah menulis, “Ini alasannya mengapa permintaan maaf ini tidak diterima: dia masih percaya apa yang dia tulis itu.” Jadi, McKinnon bukan hanya menuntut “hak” untuk menjadi jenis kelamin apapun, dia juga mau mengendalikan pemikiran orang-orang yang tidak setuju dengan dia. Dia mencoba mengakhiri perdebatan topik ini, dengan cara mengecap semua orang yang mengritik gaya hidupanya sebagai “para pembenci yang transfobia.” Ini adalah buah dari gerakan unisex yang dimulai tahun 1960an, dan hasilnya adalah kekacauan yang luar biasa. Terkait intim dengan gerakan unisex adalah feminisme dan homoseksualitas. Generasi ini bisa marah-marah melawan “alam” dan mencoba untuk mengubahnya, tetapi tidak akan berhasil. Firman Allah itu benar, bahkan jika seluruh dunia tidak mau percaya. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Ini adalah kata pertama mengenai topik ini, dan juga kata terakhir.

This entry was posted in LGBT. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *