(Berita Mingguan GITS 6 Oktober 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari D. Martyn-Lloyd, Preaching and Preachers, 1971: “Ada sebuah tipe berkhotbah yang kadang-kadang, bahkan cukup sering hari ini, dianggap non-theologis, yaitu khotbah penginjilan. Saya masih sangat ingat bagaimana ketika sebuah acara penginjilan dilakukan di London beberapa tahun lalu [Billy Graham Crusade], salah satu majalah mingguan agama yang liberal yang mendukung acara tersebut berkata, ‘Mari kita gencatan senjata theologis selama satu minggu sementara acara penginjilan berlangsung.’ Majalah itu berlanjut mengatakan bahwa setelah acara penginjilan itu, kita lalu harus memikirkan banyak hal dan bertheologi. Ide yang disampaikan adalah bahwa penginjilan itu non-theologis, dan memasukkan theologi dalam tahapan penginjilan adalah hal yang salah. Anda ‘membawa orang kepada Kristus,’ kata mereka, dan kemudian barulah anda mengajar mereka kebenaran. Barulah belakangan theologi masuk. Hal ini, bagi saya, adalah sesuatu yang sangat salah, dan bahkan mengerikan. Saya bahkan siap untuk berargumen bahwa dalam banyak aspek, khotbah penginjilan haruslah lebih theologis, bukan kurang theologis, dibandingkan khotbah lain, dan ada alasan baik untuk hal ini. Mengapakah anda memanggil orang kepada pertobatan? Mengapakah anda memanggil mereka untuk mempercayai Injil? Anda tidak bisa dengan benar berurusan dengan pertobatan tanpa berurusan dengan doktrin tentang manusia, doktrin tentang Kejatuhan, doktrin tentang dosa, dan murka Allah terhadap dosa. Lalu ketika anda memanggil orang untuk datang kepada Kristus dan menyerahkan diri kepadaNya, bagaimana anda bisa melakukan ini tanpa memahami siapa Dia, dan atas dasar apa anda mengundang mereka untuk datang padaNya, dan banyak hal lagi? Dengan kata lain, semua hal ini adalah bertheologi. Penginjilan yang tidak bertheologi bukanlah penginjilan dalam arti yang sebenarnya” (hal. 65).