(Berita Mingguan GITS 10 November 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “A Dark Consensus about Screens,” New York Times, 26 Okt. 2018: “Para ahli teknologi mengetahui dengan sungguh-sungguh cara kerja thandphone, dan banyak di antara mereka telah memutuskan bahwa mereka tidak mau anak-anak mereka dekat-dekat dengan barang-barang itu. Suatu rasa waspada yang telah perlahan mengetas kini telah menjadi konsensus umum: keuntungan dari menggunakan alat-alat berlayar untuk pembelajaran telah dibesar-besarkan, dan resiko kecanduan dan pemandekan perkembangan sepertinya tinggi. Perdebatan di Silicon Valley saat ini adalah mengenai berapa banyak pemaparan terhadap handphone adalah dalam batas OK. ‘Menghilangkan sama sekali waktu layar itu sepertinya lebih mudah dari memberi sedikit saja waktu layat,’ kata Kristin Stecher, seorang mantan peneliti komputer sosial yang menikah dengan seorang insinyur Facebook. ‘Jika anak-anak saya mendapatkan waktu layar, mereka akan mau lagi dan lagi.’ Ms. Stecher, 37 tahun, dan suaminya Rushabh Doshi, meneliti topik waktu layar dan sampai pada kesimpulan sederhana: mereka ingin agar di rumah mereka hampir tidak ada waktu layar. Kedua putri mereka, umur 5 dan 3, tidak memiliki ‘jatah’ waktu layar, tidak ada jam tertentu yang mereka diizinkan untuk berkutat pada layar. …Athena Chavarria, yang bekerja sebagai seorang asisten eksekutif di Facebook … mengatakan: ‘Saya yakin bahwa ada iblis di handphone kita dan ia sedang merusak anak-anak kita.’ Ms. Chavarria tidak membiarkan anak-anaknya memiliki handphone sampai masa SMA, dan bahkan hingga sekarang melarang penggunaannya di mobil, dan membatasinya dengan ketat di rumah. Dia berkata bahwa dia mengikuti mantra bahwa anak terakhir di dalam kelas yang mendapatkan handphone, justru itu anak yang menang. …Bagi para pemimpin teknologi, memperhatikan bagaimana alat-alat yang mereka ciptakan mempengaruhi anak-anak mereka, terasa seperti suatu penghakiman atas hidup dan karya mereka. Termasuk di dalam kelompok ini adalah Chris Anderson, mantan editor dari Wired, dan sekarang Eksekutif Utama dari sebuah perusahaan robotik dan drone. … ‘Dalam skala antara permen dan kokain, ini lebih dekat ke arah kokain,’ kata Mr. Anderson mengenai layar. … ‘Kami berpikir bahwa kami bisa mengendalikannya. Dan ini sudah di luar kemampuan kami untuk dikendalikan. Ini langsung melesat menuju pusat-pusat kesenangan di otak yang sedang berkembang. Ini di luar dari kemampuan pemahaman kami sebagai orang tua biasa.’ Dia memiliki lima orang anak dan 12 aturan mengenai teknolog. Termasuk di dalamnya: tidak boleh punya handphone sampai liburan sebelum naik SMA, tidak boleh pakai layar di ruang tidur, penyaringan dan pengeblokan isi internet dari level jaringan, tidak boleh ada sosial media hingga umur 13, tidak boleh punya iPad sama sekali dan jadwal layar diatur dari Google Wifi yang dia kendalikan dari handphonenya. Jika anak berperilaku buruk? Anak itu harus offline selama 24 jam. Saya tidak tahu apa yang kami perbuat terhadap otak mereka sampai saya memperhatikan gejala-gejala dan konsekuensi-konsekuensinya.’” CATATAN KESIMPULAN DARI DAVID CLOUD: Orang-orang ini memakai lebih banyak hikmat dalam topik ini dari rata-rata orang tua di gereja-gereja. Para gembala harus memimpin dalam hal ini dan memberikan informasi sekaligus memperingatkan umat mengenai bagaimana melindungi anak-anak dan remaja dari bahaya rohani besar yang ada pada teknologi komunikasi modern. Ada materi di Wayoflife.org yang sangat baik, berjudul The Mobile Phone and the Christian Home and Church.