Keponakan Benny Hinn Menolak Injil Kemakmuran

(Berita Mingguan GITS 24 November 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Berikut ini disadur dari “Benny Hinn Is My Uncle,” Christianity Today, 20 Nov. 2017: “Tumbuh besar dalam kerajaan keluarga Hinn adalah seperti masuk dalam semacam campuran keluarga kerajaan dan keluarga mafia. Gaya hidup kami mewah, kesetiaan dituntut, dan versi Injil kami adalah suatu bisnis yang besar. Walaupun Yesus Kristus masih merupakan bagian dari injil kami, Dia lebih dianggap seperti magic genie (jin pengabul permintaan) daripada Raja di atas segala Raja. Jika kita memoles dia dengan cara yang benar – yaitu memberikan cukup uang dan memiliki cukup iman – maka warisan rohani kita akan terbuka. Tujuan Allah bukanlah kemuliaanNya, tetapi keuntungan kita. Kasih karuniaNya bukanlah membebaskan kita dari dosa, tetapi membuat kita kaya. Hidup yang berkelimpahan yang Dia tawarkan bukanlah hidup yang kekal, tetapi hidup yang sekarang ini. Kami menghidupi injil kemakmuran. …Kami tinggal di sebuah rumah besar, ukuran 1000 meter persegi, dijaga ketat dengan gerbang pribadi, dengan dua mobil Mercedes Benz, pergi liburan di tempat-tempat eksotis, dan berbelanja di toko-toko termahal. Tambahan lagi, kami membeli sebuah rumah $2 juta, menghadap laut, di Dana Point, California, dan di sana ditambahkan lagi satu mobil Benz. …kadang keraguan mencuat. Bagaimana dengan usaha-usaha penyembuhan yang gagal? Saya diajarkan bahwa itu salah orang sakit tersebut karena meragukan Tuhan. Mengapa kami berbahasa lidah tanpa ada yang menerjemahkan? ‘Jangan memadamkan Roh,’ saya diberitahu. ‘Tuhan bisa melakukan apa saja yang Dia inginkan.’ Mengapakah banyak nubuat kami yang bertentangan dengan Alkitab? ‘Jangan mengurung Tuhan dalam kotak.’ Walaupun ada banyak pertanyaa, saya mempercayai keluarga saya karena kami sangat sukses. …Setelah tamat dari universitas dan kembali ke rumah, saya bertemu istri saya, Christyne. Saya sama sekali tidak tahu bahwa Allah akan memakai dia untuk mendatangkan keselamatan saya. Faktanya, keluarga saya dan saya cukup tegang karena dia tidak berbahasa lidah. …satu hari dia memperlihatkan kepada saya satu ayat yang saya belum pernah lihat: 1 Korintus 12:30 (Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?). Saya terguncang hebat di dalam. Sangat jelas sekali tertulis – tidak semua orang berbahasa lidah. Dengan cepat, efek domino terjadi. Berbagai kepercayaan lainnya yang sejak lama saya pegang, gagal melewati ujian Alkitab. Saya tidak lagi percaya bahwa tujuan Allah adalah untuk membuat saya senang, dan sehat, dan kaya. Sebaliknya, saya melihat bahwa Dia ingin saya hidup bagiNya, tidak peduli apa yang bisa saya dapatkan dari Dia. …Saya mengucap syukur bahwa istri saya rela untuk mempertanyakan kegigihan saya untuk berbahasa lidah dan bahwa gembala sidang saya cukup mengasihi saya dan memuridkan saya keluar dari kekacauan injil kemakmuran.”

This entry was posted in Kharismatik/Pantekosta. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *