Waktu Renungan Sang Pengkhotbah

(Berita Mingguan GITS 19 Januari 2019, sumber: www.wayoflife.org)

Pengkhotbah yang efektif akan memakai waktu pembelajaran Alkitab dan doanya di pagi hari, dan menganggapnya seperti hukum kerajaan Media Persia. D. Martyn Lloyd-Jones mengatakan, “Saya telah selalu merasa, dan semakin lama semakin yakin, bahwa salah satu aturan terbesar bagi seorang pengkhotbah adalah untuk mengamankan waktu pagi. Buatlah ini menjadi suatu aturan absolut. Usahakan untuk mengembangkan suatu sistem, yang dengannya anda tidak tersedia untuk ditelpon pada pagi hari; biarkan istrimu atau orang lain menerima pesan-pesan untuk anda, dan beritahukan orang-orang yang menelpon bahwa anda tidak sedang santai. Kita harus secara literal berjuang demi hidup kita dalam hal ini!” (Preaching and Preachers, hal. 166, 167). John Henry Jowett berkomentar, “Dengan segenap hati saya memberikan nasihat ini: jadilah sistematis seperti seorang pebisnis. Masuklah dalam ruang belajar anda pada jam yang ditentukan, dan hendaklah jam tersebut sama paginya dengan seorang pebisnis pergi ke gudangnya atau kantornya. …Saya bisa melihat dan mendengar pada pebisnis di jemaat saya ketika mereka berangkat pagi untuk mendapatkan roti mereka pada hari itu. Dan apakah Pelayan mereka akan ketinggalan dalam usahanya mencari Roti Hidup? Apakah dia akan berbaring dan berleha-leha sepanjang hari, dipermalukan oleh orang-orang yang katanya ia pimpin, dan apakah kemalasannya akan mengganggu pelayanan kudus ketika ‘para domba yang lapar memandang dan tidak mendapat makanan’? Biarlah sang pelayan, saya katakan, serius seperti sang pebisnis. Biarlah dia menggunakan sistem dan metode, dan biarlah dia sangat memperhatikan ketepatan waktu dalam kebiasaan pribadinya dalam melayani Tuhan, sama seperti jika dia masuk kantor pemerintah dalam tugas untuk negaranya. Dan kepada keteraturan, biarlah dia menambahkan rasa proporsi. Baiklah dia mempertimbangkan perbandingan nilai berbagai hal. Biarlah dia menempatkan hal-hal yang utama sebagai yang pertama, dan baiklah dia mencurahkan kesegaran tenaganya untuk hal-hal yang vital dan penting. Gentlemen, semua ini akan memberikan upah, dan upahnya akan baik sekali” (The Preacher: His Life and Work).

This entry was posted in Ministry, Renungan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *