(Berita Mingguan GITS 21 September 2019, sumber: www.wayoflife.org)
Novel-novel romansa meledak dalam popularitas pada tahun 1970an. Sampai dengan tahun 2008, penjualan mencapai 74 juta. Banyak novel romansa yang memiliki konten seksual yang kuat. Sebagai contoh baru-baru ini adalah Fifty Shades of Grey, yang bahkan masuk ke ranah sadomasokisme. “Novel-novel ini ditulis sengaja untuk membangkitkan hawa nafsu, dan saya pikir tidak ada perbedaan besar antara novel-novel ini dengan pornografi. Ia masuk kategori ‘soft-porn,’ dan memang banyak wanita yang mendapatkan diri jauh lebih terangsang dengan membaca sesuatu seperti ini daripada menonton pornografi di komputer. Jadi wanita-wanita yang menghabiskan novel demi novel yang seperti ini, tidak banyak berbeda dengan para lelaki yang menonton pornografi sepanjang malam” (“Romance Novels: Dangerous, Harmless, or Just Fun?” 16 Jan. 2012, tolovehonorandvacuum.com). Bahkan novel romansa yang diberi rating G, membawa para pembaca ke dalam suatu dunia yang tidak realistik yang biasanya penuh dengan jagoan-jagoan wanita yang kuat dan cantik, dengan lelaki yang tampan dan sangat perhatian, yang “jatuh cinta.” Mereka bisa menciptakan suatu kecanduan terhadap dunia fantasi dan ketidakpuasan dengan kehidupan nyata. Pada tahun 2011, Journal of Family Planning and Reproductive Health di Inggris melaporkan bahwa novel-novel romansa “adalah salah satu penyebab rusaknya pernikahan, perselingkuhan, dan kehamilan yang tidak diinginkan.” Sama seperti apapun yang memiliki sifat ketergantungan, ada bahaya terjadinya progresi. “Saya mengenal begitu banyak remaja Kristen yang menghabiskan semua buku romansa di perpustakaan gereja, lalu pergi ke perpustakaan umum untuk mencari lebih banyak lagi, dan pada akhirnya menjadi hampir kecanduan dengan buku-buku yang sangat seksual” (“Romance Novels: Dangerous, Harmless, or Just Fun?” 16 Jan. 2012).