Gereja Inggris Meminta Maaf Karena Mengatakan Hanya Orang Heteroseksual Yang Telah Menikah Yang Boleh Berhubungan Intim

(Berita Mingguan GITS 15 Februari 2020, sumber: www.wayoflife.org)

Berikut ini disadur dari “Church of England apologizes,” Christian Post, 2 Feb. 2020: “Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, dan Uskup Agung York, John Sentamu, telah meminta maaf atas sebuah dekrit yang dikeluarkan oleh Gereja Inggris yang mengatakan bahwa hanya pasangan heteroseksual yang telah menikah yang boleh berhubungan intim dan bahwa seks dalam pasangan yang gay ataupun lurus (yang belum menikah), ‘telah gagal mencapai rancangan Allah bagi umat manusia.’ ‘Kami sebagai uskup-uskup agung, bersama dengan para uskup Gereja Inggris, meminta maaf dan bertanggung jawab atas pengeluaran pernyataan minggu lalu, yang kami sadari telah merusak kepercayaan,’ kata kedua uskup agung itu dalam sebuah pernyataan, menurut Belfast Telegraph. ‘Kami sangat menyesal dan memahami perpecahan dan cidera yang disebabkan oleh hal ini.’ The House of Bishops dari Gereja Inggris, minggu lalu mencetuskan sebuah panduan pastoral, yang mengatakan, ‘Bagi orang-orang Kristen, pernikahan – yaitu persatuan seumur hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang dibuat melalui pertukaran janji – tetap merupakan konteks yang benar untuk aktivitas seksual.’ … Setelah dikeluarkannya panduan tersebut, beberapa tokoh Anglikan yang penting menulis sebuah surat terbuka kepada para uskup agung tersebut, memberi peringatan bahwa denominasi tersebut sudah menjadi suatu ‘bahan tertawaan bagi suatu bangsa yang percaya [gereja itu] telah terobsesi dengan seks,’ menurut The Telegraph. Panduan pastoral itu, mereka menambahkan, ‘membuat jelas bahwa tidak ada keingingan untuk mendengarkan atau belajar dari orang-orang di kalangan kita yang menjelaskan betapa menyakitkannya nada bicara dokumen dari House of Bishop tersebut. Sungguh, pernyataan itu sama sekali tidak “pastoral,” — melainkan dingin, defensif, dan tidak mempedulikan dampaknya pada jutaan orang yang terpengaruh.’”

This entry was posted in Gereja, LGBT. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *