(Berita Mingguan GITS 8 Februari 2020, sumber: www.wayoflife.org)
Super Bowl adalah salah satu dari berhala Amerika modern ini [Editor: Super Bowl adalah pertandingan final dalam liga football Amerika, berlangsung setahun sekali. Mirip dengan final Liga Champions dalam sepakbola]. Jumlah penonton mencapai puncaknya pada 115 juta orang di tahun 2014, namun saat ini masih berkisar di 100an juta. Ini bukan hanya sebuah pertandingan football, ini adalah suatu forum promosi kebejatan moral dan filosofi humanistik. Pertandingan sengaja dilaksanakan pada hari Minggu, suatu serangan terhadap Allah karena hari Minggu adalah hari jemaat-jemaat berkumpul. Untuk banyak tahun, pertunjukan pada waktu rehat half-time, telah pada ‘esensinya menjadi parade gay.’ Tahun ini, salah satu iklan yang ditayangkan berisikan ‘drag-queen pro homoseksual yang mati-matian mau mengindoktrinasi anak-anakmu tentang gaya hidup LGBTQ’ (sementara sebuah iklan anti aborsi dianggap tidak pantas). Pertandingan ini terutama adalah mengenai ketamakan, tetapi suasananya penuh dengan kata-kata kotor, minum-minum, judi, wanita-wanita setengah telanjang, sensualitas rock & roll, dan suatu filosofi ‘hidup semau-mu saja’ (dengan selapis tipis kekristenan palsu bergaya ‘Yesus itu sohib-ku yang membantu aku menang’). Fox mendapatkan $412 juta dalam pemasukan iklan tahun ini, dan kota tempat diberlangsungkannya pertandingan, Miami, menerima dampak ekonomi sebesar $500 juta. Harga satu tiket untuk masuk adalah lebih dari $6000. Anheuser-Busch telah menghabiskan $441 juta dalam iklan Super Bowl sejak tahun 2006. Para fans Super Bowl menghabiskan 52 juta rak bir. Sekitar 23 juta orang (7% penduduk Amerika) memasang taruhan dalam pertandingan ini, dengan total uang $6,8 Milyar. Super Bowl tidak membangkitkan perasaan-perasaan yang benar, melainkan “hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol. 3:5). Seorang gembala yang berhenti menonton Super Bowl sejak tahun 2008 berkata, “Super Bowl telah menjadi konsentrasi pekat vulgaritas dan ego, dengan sedikit atletik dalam pertandingan itu dan kepintaran dalam beriklan yang menipu saya untuk menontonnya. Sederhananya, ini bukanlah tujuan hidup saya.” Terhadap pernyataan ini, kami mengatakan Amin. Kami bertanya-tanya bagaimana mungkin seseorang menaati Kitab Suci sambil berpartisipasi dalam Super Bowl. “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Efesus 5:11).