TikTok
Oleh Dr. David Cloud (terjemahan oleh Dr. Steven Liauw)
TikTok diluncurkan tahun 2016 dan pada tahun 2019 ia sudah memiliki setengah milyar pengguna. TikTok adalah app yang paling banyak di-download di Apple dan app paling banyak di-download nomor 6 di seluruh dunia. “Dengan 315 juta download dalam tiga bulan pertama tahun 2020, TikTok mencatatkan rekor baru untuk install terbanyak oleh app apapun dalam satu kwartal” (Business Insider, 16 Apr. 2020).
TikoTok terutama sangat populer di Asia. Ia memiliki 124 juta pengguna di Amerika, 173 juta di Cina, dan 466 juta di India. Ia sangat populer di Jepang, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sampai dengan Juni 2020, TikTok adalah app paling populer di AS, Inggris, dan Spanyol, dari segi waktu penggunaannya.
41% dari pengguna TikTok berusia antara 16-24 tahun, tetapi ada trend peningkatan pemakaian di kalangan orang dewasa.
“Tiktok terutama populer di kalangan remaja, yang biasanya memakai app ini untuk mem-posting video mereka sendiri sedang menyanyikan lagu favorit mereka, membuat komedi pendek, atau berbagai ‘tantangan’ yang sedang viral” (“Does TikTok Allow Strangers,” Snopes.com, 18 Feb. 2019).
TikTok adalah sebuah app untuk menciptakan dan menonton video berdurasi 15 detik. Ia adalah sebuah forum ekspresi diri. “TikTok dapat digambarkan sebagai gudang konten siap pakai yang dapat dengan mudah digabung-gabungkan dengan video yang dibuat oleh pengguna, suatu mesin pembuat meme viral yang mengizinkan para penggunanya merasa sebagai bintang rock” (“TikTok,” Forbes, 28 Juni 2020).
“Ia [TikTok] sangatlah berpusat pada pengguna.” “Yang membuatnya sangat memikat adalah bahwa boleh dibilang semua orang bisa menjadi pembuat konten, karena kemudahan pemakaian app ini.”
“Ini adalah suatu cara mengekspresikan diri mereka sendiri dan menciptakan klip-klip video berdurasi pendek, dan mendapatkan pengikut dan membangun komunitas seputar hal-hal kesukaan mereka. [App] juga menyediakan banyak special effects yang keren yang dapat dipakai oleh pengguna untuk membuat video mereka lebih unik. Kamu juga bisa menayangkan konten ke platform lain untuk membagikannya kepada lebih banyak orang lagi” (“TikTok app safety,” Internetmatters.org, 3 Des. 2019).
“TikTok memiliki kemampuan video-nya YouTube, kecepatan dan rasa langsung dari Snapchat, dan kepadatan seni dari Instagram, yang membuatnya menjadi tempat bermain yang asyik bagi para influencer baru” (“TikTok Tricks,” Kim Kimando Show, 1 Mar. 2020).
“Trend-trend TikTok melimpah ruah ke Instagram, YouTube, dan tayangan-tayangan TV seperti Saturday Night Live. Bintang-bintang TikTok mulai muncul di iklan-iklan Super Bowl dan juga berbagai late-night show. Dan lagu-lagu yang menjadi populer di TikTok mulai merajai papan Billboard – artis musik Drake baru-baru ini menggunakan TikTok untuk merilis single dia yang terbaru, ‘Toosie Slide’” (“TikTok is breaking download records and taking over pop culture,” Business Insider, 16 Apr. 2020).
TikTok pertama kali diluncurkan di Cina dengan nama Douyin, dan pada tahun 2017 diubah menjadi TikTok, dan diluncurkan oleh ByteDance untuk pasar di luar Cina. ByteDance membeli Musical.ly dan menggabungkannya dengan TikTok.
Militer AS melarang TikTok pada smartphone pemerintah, dan merekomendasikan dengan kuat agar tidak memakai app ini di alat-alat pribadi juga. Ini adalah karena adanya kemungkinan TikTok dipakai oleh pemerintah Cina untuk tujuan mata-mata. CEO dan salah seorang pendiri Reddit, Steve Huffman, memberi peringatan: “Karena saya melihat app ini secara mendasar bersifat parasitik, bahwa ia selalu menguping, dan teknologi identifikasi pribadi mereka sangat menakutkan, dan saya tidak bisa menginstall app semacam itu di handphone saya. Saya aktif memberitahu orang-orang, ‘Jangan install spyware itu di handphone anda’” (“Reddit CEO: TikTok is ‘fundamentally parasitic,’” Techcrunch.com, 27 Feb. 2020).
TikTok mencoba untuk mengkanibalkan contact para penggunanya, dengan cara meminta pengguna untuk melakukan sync dengan contact mereka, dan mengirimkan notifikasi ke para contact tersebut, mengumumkan adanya video baru.
Sama seperti semua media sosial yang berorientasi remaja, TikTok memfasilitasi fenomena seksualisasi atas segala sesuatu di masyarakat.
“Etos dari app musik-video ini, yang berorientasi mencari ketenaran, telah membuat munculnya trend yang tidak nyaman di kalangan remaja-remaja yang masih muda, melakukan gerakan dansa dan tindakan yang sangat seksual” (Snopes.com, Feb. 18, 2019).
“Kebanyakan pengguna TikTok adalah remaja-remaja putri, kadang 13 tahun ke bawah, yang merekam diri mereka sedang joget dan lip-syncing mengiringi lagu favorit mereka, sering sambil berusaha tampil paling provokatif atau berani. … Nah, jika ada sejumlah besar video anak-anak putri yang belum puber berjoget dengan musik favorit mereka di suatu jaringan sosial yang punya algoritma rekomendasi, maka itu akan menjadi magnet bagi para predator seksual yang akan mencoba untuk mengontak mereka lewat fitur chat di app tersebut; lebih lanjut lagi, app ini bahkan membantu pengguna untuk menemukan video-video tipe tertenu … FTC sudah pernah menjatuhkan denda $5,7 juta kepada TikTok karena app ini menyimpan profil dan informasi pribadi dari anak-anak di bawah 13 tahun, tanpa persetujuan orang tua mereka, dan juga karena mempublikasikan profil-profil itu, bahkan sampai dengan Oktober 2016, mengizinkan sharing location…. Apa yang bisa salah dengan itu?” (“TikTok: A Lesson in Irresponsibility,” Forbes, July 4, 2019).
Pada tahun 2020, TikTok dilaporkan telah menjadi semacam app untuk pacaran juga. Para pengguna sering memposting “video-video pendek yang lucu yang menyatakan sedikit tentang siapa mereka” dengan hashtag seperti #datemeplz, #someonedateme, #wouldyoudateme, $reasontodateme, dan #plsdateme. Video-video ini mendapat jutaan view. Pihak-pihak yang tertarik dapat meninggalkan komentar, mengikuti mereka, atau mengirimkan pesan langsung (DM, direct message).
“Para pengguna saling menggoda melalui komentar dari DM di TikTok, lalu mereka mungkin beralih ke platform lain (seperti Snapchat) untuk berbicara lebih lanjut, dan akan kembali secara wah ke TikTok sebagai pasangan baru” (“TikTok is the Latest Dating App,” Axis.org).
“Kemungkinan untuk menerima DM yang tidak diinginkan dari orang-orang yang berusia lebih tua, dan bahkan predator, selalu menjadi faktor yang eksis di internet, tetapi secara terbuka mengundang orang lain untuk menghubungi anda jika tertarik untuk memacari anda, jelas membuka pintu yang lebih luas untuk terjadinya perilaku yang tidak pantas” (Axis.org).
Sama seperti semua media sosial, seseorang berpotensi untuk menyia-nyiakan waktu yang begitu banyak pada TikTok. “Terkadang lucu, terkadang konyol, tetapi pastinya sangat membuat ketagihan” (“10 TikTok Statistics,” Oberlo.com, 22 Nov. 2019). 90% dari pengguna TikTok mengakses app itu setiap harinya.
TikTok merekomendasikan video berdasarkan algoritma AI (artificial intelligence) yang mempelajari perilaku pengguna, dan dengan melakukan gerakan swipe ke bawah, pengguna akan terus menonton apapun yang disajikan. “Hal ini memberikan suatu perasaan misteri dan membuatnya tetap menarik untuk dipakai … sangat mudah untuk terus dalam lingkaran menonton lebih banyak video lagi” (“Why Is TikTok Sweeping over the World?” UXDesign.cc, 13 Mar. 2019).
Pada bulan Juni 2020, para pengguna TikTok mendaftarkan ratusan ribu tiket untuk kampanye Presiden Trump di Tulsa, Oklahoma, sebagai suatu prank, dan dengan demikian mengelabui pimpinan kampanye untuk mengumumkan bahwa lebih dari satu juta orang telah mendaftar dan mulai membuat rencana untuk menampung kelebihan orang, yang akhirnya tidak pernah muncul.