Kesesatan Campus Crusade

(Berita Mingguan GITS 31 Oktober 2020, sumber: www.wayoflife.org)
Campus Crusade for Christ adalah suatu pelayanan “injili” internasional yang memiliki 25.000 pekerja di hampir 200 negara. (Nama mereka diubah menjadi “Cru” pada tahun 2011). Meskipun organisasi ini tidak pernah benar-benar sehat secara theologis, mereka kini telah bergeser semakin jauh dari Firman Allah. Didirikan oleh Bill Bright, Campus Crusade sudah secara radikal ekumenis sejak kelahirannya. Pada tahun 1969, Bright berkata, “Kita tidak menyerang Gereja Roma. Kita percaya Allah sedang melakukan pekerjaan besar di dalamnya, dan tidak diragukan akan menggunakan jutaan orang Roma Katolik untuk membantu menginjili dunia” (The Post & Times Star, Cincinnati, Ohio, 30 Agus. 1969). Sampai dengan tahun 1970an, Campus Crusade sudah memiliki beberapa orang Katolik di kepengurusan mereka (James Hefley, A Prejudiced Protestant Takes a New Look at the Catholic Church, 1971, hal. 122). Dalam sebuah wawancara dengan Wittenburg Door, bulan Juni-Juli 1978, Richard Quebedeaux mengatakan, “Di Irlandia, Campus Crusade terdaftar sebagai suatu ordo agamawi. … Dan mereka bekerja sepenuhnya di dalam gereja Katolik bersama-sama dengan orang Katolik…” Sekarang Campus Crusade mempromosikan filosofi bahwa orang Kristen bisa homoseksual dalam pakaian dan keinginan, selama mereka tidak melakukan aktivitas homoseksual. Sebagai contoh, pada bulan Juli 2019, pemimpin mahasiswa Cru, Grant Hartley dari California, yang menggunakan hashtag #LGBTQinChrist, mencuitkan kutipan berikut dari Rachel Gilson, “Tidak ada perintah dalam Alkitab untuk menjadi straight; ada perintah untuk setia sebagai orang single atau setia dalam pernikahan, dan anda bisa melakukan keduanya tanpa menjadi straight.” Gilson adalah seorang direktur staf Cru di Boston (“Campus Crusade Teaching Kids That It’s Okay to be Gay,” Reformation Charlotte, 30 Juli 2019). Firman Allah dengan jelas menghakimi homoseksualitas dalam segala aspeknya, termasuk mengenai “hawa nafsu yang memalukan” dan “menyala-nyala dalam berahi” (Rom. 1:26-27).

This entry was posted in Ekumenisme, LGBT. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *