Pengadilan Tinggi Inggris Mempertahankan “Kebebasan untuk Menyinggung” dalam Kebebasan Berbicara

(Berita Mingguan GITS 2 Januari 2021, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Right to Offend Upheld,” Reformation Charlotte, 18 Des. 2020: “Inggris dalam beberapa dekade terakhir ini dikenal sebagai pre-cursor (semacam pembuka jalan) bagi apa yang akan terjadi Amerika Serikat dalam hal kebijakan sosial. Pergeseran liberal yang terjadi dengan jelas di sana sering akhirnya menjalar ke Pantai Barat Amerika, yang lalu akan menjalar ke timur dari sana. Salah satu gerakan yang paling parah yang terjadi Inggris dalam dekade terakhir ini adalah gerakan untuk melawan kebebasan berbicara, yang menghukum orang-orang yang menyinggung orang lain melalui kata-kata. Dari pengalaman pribadi, karena saya pernah pergi ke Inggris untuk berkhotbah di tempat umum, satu hal yang harus hati-hati adalah berkhotbah secara terbuka melawan homoseksualitas. Khalayak ramai sangat mudah memberontak terhadap khotbah seperti ini, yang akan mendatangkan polisi ke diri kita karena dianggap melakukan ‘hate speech.’ Sederhananya, khotbah seperti ini dilarang. Namun, situasi ini bisa berubah karena adanya keputusan penting oleh Court of Appeals (semacam Pengadilan Tinggi) Inggris, yang baru-baru ini mempertahankan hak untuk ‘menyinggung’ dalam sebuah keputusan tentang kebebasan berbicara. Daily Mail melaporkan, ‘Para hakim bersikukuh bahwa kebebasan berbicara mencakup juga kebebasan untuk menyinggung dalam sebuah keputusan yang penting yang dapat membantu membalikkan gelombang intoleransi woke, setelah seorang feminis yang menyebut seorang perempuan transgender sebagai ‘pig in a wig’ (babi yang pakai rambut palsu) dan ‘seorang lelaki’ dibebaskan dari kesalahan.’ Bertugas memimpin sebuah kasus di Pengadilan Tinggi tersebut, Lord Justice Bean dan Mr. Justice Warby mengatakan: ‘Kebebasan untuk hanya mengatakan hal-hal yang tidak menyinggung orang lain, bukanlah kebebasan yang bernilai untuk dipertahankan.’ Mereka menambahkan bahwa ‘kebebasan berbicara mencakup kebebasan untuk menyinggung, dan bahkan untuk menghina orang lain.’ Keputusan dari dua anggota senior dari sistem judisial tersebut akan menjadi preseden bagi kasus-kasus di masa depan yang melibatkan kebebasan berbicara.”

This entry was posted in General (Umum). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *